Sementara itu, WK Blok Sakakemang sendiri menyimpan potensi cadangan gas sebesar 2 triliun kaki kubik (TCF).
Selain itu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berharap proyek IDD dapat onstream sebelum 2027, setelah mangkrak sekitar 1 dekade.
Proyek IDD ditaksir memiliki nilai investasi US$6,98 miliar dan berpotensi untuk menghasilkan gas hingga di angka 844 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) dan 27.000 barel minyak per hari (bopd) minyak bumi.
Selanjutnya, proyek lapangan gas Asap Kido Merah (AKM) di WK Blok Kasuri, Papua diestimasikan dapat onstream pada 2025, dengan target produksi mencapai 330 MMscfd.
Pemerintah menargetkan Lapangan Abadi Blok Masela dapat mulai berproduksi atau onstream selambat-lambatnya pada 1 Januari 2030, di mana kapasitas gas pada Blok Masela bisa mencapai 9,5 juta ton gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) per tahun.
Terakhir, Kementerian ESDM berharap produksi gas dari sejumlah lapangan di Laut Andaman bisa dimulai atau onstream pada 2027.
Belum lama ini, Mubadala Energy juga mengumumkan penemuan atau discovery gas dari sumur Eksplorasi Layaran-1, Lapangan Blok South Andaman. Perusahaan energi asal Uni Emirat Arab tersebut mengklaim telah menemukan kolom gas atau gas column dengan ketebalan lebih dari 230 meter pada Oligocene sandstone reservoir. Berdasarkan laporan Mubadala Energy (South Andaman) RSC Ltd, Sumur Layaran-1 memiliki potensi gas mencapai 6 triliun kaki kubik (TCF) gas in-place.
Indonesia, sebagai pemasok gas terbesar di Asia Tenggara, justru diproyeksikan menjadi pengimpor bersih atau net importer dari gas alam pada 2030 dan 2040.
Dalam laporan terbaru, Asean Center for Energy (ACE) memproyeksikan Indonesia dan Malaysia—yang saat ini menjadi pengekspor bersih atau net exporter dari gas alam — justru bakal menjadi net importer pada 2030 dan 2040 karena produksi tidak mampu memenuhi permintaan nasional.
Laporan tersebut menggarisbawahi permintaan gas alam di negara-negara kawasan Asia Tenggara diproyeksikan meningkat signifikan, yakni 8% pada 2030 dan 34% pada 2050 bila dibandingkan dengan level pada 2022.
“Pertumbuhan ini akan sangat terasa di Indonesia dan Malaysia, di mana permintaan tahunan diperkirakan meningkat masing-masing sebesar 4,5% dan 5,2%,” papar laporan bertajuk 8th Asean Energy Outlook 2030–2050.
(dov/wdh)