Logo Bloomberg Technoz

Pada Jumat lalu, rupiah offshore, NDF-1M, ditutup di kisaran Rp15.700-an/US$ karena tertekan pamor dolar AS yang makin tak terbendung pasca rilis data pasar tenaga kerja AS yang mengejutkan pasar.

Beberapa bank besar telah menetapkan harga jual dolar AS di kisaran Rp15.800-an untuk pembelian di konter langsung.

Bank swasta terbesar di Tanah Air, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), menjual dolar AS (TT Counter) di level Rp15.820. Sedangkan kurs beli, yaitu acuan ketika seorang nasabah menjual dolar mereka di kantor bank BCA, ditetapkan sebesar di Rp15.520. Level kurs dolar AS tersebut juga berlaku untuk transaksi Bank Notes di BCA.

Sedang kurs e-Rate dolar AS di BCA hari ini ditetapkan di Rp15.670/US$ untuk kurs jual dan sebesar Rp15.650/US$ untuk kurs beli.

Bank BCA digital (BLU), menetapkan kurs dolar AS masih lebih murah yaitu Rp15.500 dengan kurs beli ditetapkan Rp15.490.

Di bank BUMN, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), harga dolar AS juga sudah mahal di Rp15.600/US$ untuk transaksi TT Counter dan Bank Notes. Sedangkan special rate ditetapkan Rp15.450/US$ untuk kurs jual.

Sedang bila nasabah ingin menjual dolar AS ke Bank Mandiri, harganya ditetapkan di Rp15.250/US$ untuk TT Counter dan Bank Notes. Sedang special rates ditetapkan Rp15.430/US$.

Di PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dolar AS dijual seharga Rp15.645 untuk transaksi di konter. Sedangkan e-Rate ditetapkan Rp15.649.

Beberapa bank swasta lain seperti Bank OCBC, menjual dolar AS hari ini di level Rp15.660, sedangkan kurs beli di harga Rp15.360.

Di bank asing seperti HSBC Indonesia, penetapan kurs hari ini belum dipublikasikan. Namun, pada Jumat pekan lalu, kurs jual dolar AS ditetapkan di Rp15.690 untuk transaksi transfer. Sementara bila nasabah menjual dolarnya, HSBC menetapkan harga beli di Rp15.240/US$.

Untuk transaksi fisik, kurs jual dolar AS di HSBC ditetapkan seharga Rp15.765, pada Jumat lalu. Sedangkan kurs beli dolar AS ditetapkan di Rp15.165, selisihnya sangat lebar.

Makin melemah

The Greenback, sebutan bagi dolar AS, bangkit menguat seiring dengan berbagai data perekonomian mutakhir negeri itu yang menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja di sana masih tangguh. Alhasil, kebutuhan penurunan bunga acuan The Fed kemungkinan tidak sebesar harapan pelaku pasar.

Indeks dolar AS pekan lalu menguat 2,13%, didorong menurunnya ekspektasi pemangkasan bunga The Fed dan sebagian lagi disulut perburuan investor akan aset safe haven menyusul ketegangan di Timur Tengah.

Reli dolar AS yang makin melaju itu telah menyeret nilai rupiah di pasar offshore. Kontrak nondeliverable forward (NDF) rupiah tenor satu bulan (NDF-1M) pada Jumat ditutup melemah tajam 1,5% ke level Rp15.704/US$. Sementara tenor lebih pendek, NDF-1W, ditutup anjlok 1,33% ke posisi Rp15.668/US$.

Tingkat imbal hasil Treasury, surat utang AS, melompat hingga 21,6 bps untuk tenor 2Y ke level 3,92%, kenaikan imbal hasil terbesar sehari sejak April lalu.

Bunga The Fed diperkirakan hanya akan dipangkas sebesar 25 bps bulan depan, dan pada Desember sebesar 25 bps lagi. Bahkan bila inflasi AS terindikasi bangkit, bisa jadi tidak akan ada penurunan Fed fund rate lagi.

Lonjakan imbal hasil Treasury itu kemungkinan akan memicu penjualan di pasar surat utang negara domestik yang sudah dimulai pada Jumat lalu. Yield SBN-10Y naik 11,3 bps pada perdagangan hari itu, sedangkan tenor 2Y naik 3,5 bps dan 5Y naik 3,7 bps.

Lanskap tersebut memberikan gambaran pergerakan rupiah spot hari ini kemungkinan akan mengalami tekanan pelemahan yang lebih besar. Rupiah spot bisa ikut terseret melemah melampaui level psikologis baru, dan tidak mustahil mendekati Rp15.700-an/US$.

Secara teknikal, rupiah berpotensi terkoreksi ke level Rp15.550/US$ yang menjadi support terdekat sebelum break support psikologis. Target pelemahan selanjutnya akan tertahan di Rp15.600/US$-Rp15.650/US$.

Apabila level itu kembali jebol, rupiah bisa semakin melemah menuju Rp15.700/US$ sebagai support terkuat. Jika terjadi penguatan, resistance menarik dicermati pada level Rp15.410/US$ dan selanjutnya Rp15.400/US$.

Adapun tren jangka menengah (Mid-term), atau dalam sepekan perdagangan, rupiah masih memiliki potensi melemah lanjutan ke level Rp15.750/US$ usai break MA-50.

(rui)

No more pages