Deputi Transportasi dan Infrastruktur Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin mengatakan rencana tersebut dilakukan tanpa membebani masyarakat dan negara.
Dengan demikian, pemerintah memiliki rencana untuk menyediakan BBM rendah sulfur yang lebih tepat sasaran, yaitu kepada golongan yang membutuhkan.
"Jadi golongan kelas atas tidak lagi berhak memanfaatkan subsidi BBM," ujar Rachmat dalam siaran pers, dikutip Jumat (13/9/2024).
Sekadar catatan, harga Pertamina Biosolar atau jenis solar subsidi saat ini dibanderol Rp6.800/liter.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengonfirmasi bahwa jenis BBM rendah sulfur merupakan jenis Solar.
Dalam kaitan itu, Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah memiliki rencana bahwa BBM rendah sulfur tersebut bakal menggantikan Solar subsidi. Namun, dia mengeklaim, rencana kebijakan tersebut masih dalam proses kajian pemerintah.
“Rencananya untuk jenis Solar. Pemerintah sedang melakukan kajian, arahnya memang kepada Solar subsidi,” ujar Dadan medio Juli.
Dalam kaitan itu, penambahan anggaran subsidi BBM dinilai tidak dapat menjadi solusi bijak, menimbang risiko penyaluran subsidi BBM yang tidak tepat.
Dalam lima tahun terakhir, kata Rachmat, pemerintah rata-rata menghabiskan Rp119 triliun setiap tahunnya untuk subsidi BBM.
"Ini artinya pajak masyarakat tidak secara optimal tersalurkan karena tidak dinikmati golongan yang membutuhkan subsidi tersebut," ujar Rachmat.
Adapun Kemenko Marves menekankan bahwa saat ini sudah terdapat kilang minyak yang siap menyediakan solar rendah sulfur, khususnya di daerah Jakarta.
(prc/frg)