Kunjungan Qin bertepatan dengan latihan militer AS-Filipina yang terbesar dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa diplomat dan pejabat pertahanan kedua negara bertemu di Washington, di mana mereka mengekspresikan “penolakan keras” terhadap klaim Beijing di Laut China Selatan dan sepakat memfinalkan rencana patroli bersama di daerah yang disengketakan.
Dalam pernyataannya kemarin, Menteri Pertahanan Filipina Carlito Galvez mengatakan AS berkomitmen sebanyak US$ 100 juta (Rp 1,48 triliun) untuk membantu pembelian helikopter penyelamatan bencana alam dan pertempuran. AS juga menambah pendanaan US$ 100 juta untuk pengembangan daerah yang akan digunakan di bawah Enhanced Defense Cooperation Agreement.
Kunjungan Qin ke Filipina dilakukan sebelum kunjungan Presiden Marcos dengan Presiden AS Joes Biden di Gedung Putih pada 1 Mei. Kedua pemimpin akan membicarakan kerja sama ekonomi, energi bersih, dan upaya untuk menegakkan hukum internasional serta mempromosikan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka.
Filipina meningkatkan kerja sama ekonomi dengan AS di tengah peningkatan tensi dengan China terkait Laut China Selatan. Pemerintahan Marcos meningkatkan protes kepada China karena tindakan di wilayah sengketa, termasuk kemungkinan penggunaan senjata laser kepada kapal Filipina. Beijing menolak klaim tersebut.
Hubungan China dengan Filipina juga menemui tantangan dengan pernyataan Duta Besar China untuk Filipina Huang Xilian. Huang menyebut Filipina disarankan untuk “menolak kemerdekaan Taiwan” jika Filipina peduli terhadap nasib sekitar 150.000 warganya yang bekerja di Filipina. Selama ini, Manila menganut prinsip Satu China (One-China).
(bbn)