Logo Bloomberg Technoz

--Paket stimulus Jepang dari tahun ke tahun. (Sumber: Bloomberg)

Anggaran tambahan untuk mendukung perekonomian dan memperoleh dukungan publik hampir menjadi tradisi tahunan di Jepang, meskipun memberikan tekanan tambahan pada beban utang negara yang sudah sangat besar. Paket stimulus ini sebenarnya sudah diantisipasi pada musim gugur, dengan pendahulu Ishiba, Fumio Kishida, yang sebelumnya menjanjikan langkah-langkah tambahan akan diambil sebelum akhir tahun.

Dalam beberapa paket kebijakan sebelumnya, langkah-langkah yang diambil termasuk subsidi untuk tagihan listrik guna mengurangi dampak kenaikan harga energi pada rumah tangga. Ishiba menegaskan bahwa untuk mengatasi deflasi, diperlukan upaya terfokus dalam tiga tahun ke depan guna memastikan terciptanya siklus pertumbuhan yang baik dan distribusi yang merata, sesuai dengan dokumen yang dirilis Kantor Kabinet.

Selain upaya mengurangi beban harga, pemerintah juga akan mendorong rumah tangga untuk lebih hemat energi dan meningkatkan dukungan bagi ekonomi regional. Dokumen tersebut juga menyebutkan bantuan khusus untuk wilayah Noto yang terdampak bencana alam, sebagian besar didanai melalui cadangan darurat.

Paket stimulus ini akan disusun di bawah pimpinan Menteri Revitalisasi Ekonomi, Ryosei Akazawa, yang akan bekerja sama dengan partai berkuasa. Meskipun skala paket ekonomi telah menyusut sejak puncak pandemi, kebijakan fiskal ini tetap menambah beban utang Jepang, yang pada 2024 mencapai 255% dari produk domestik bruto (PDB) menurut Dana Moneter Internasional.

Pembayaran utang tahunan Jepang kini sudah memakan sekitar seperempat dari anggaran tahunan reguler, dan beban ini diperkirakan akan terus meningkat seiring kenaikan suku bunga.

(bbn)

No more pages