“Ini artinya demand masih tinggi, meskipun Pak Febrio [Kepala Badan Kebijakan Fiskal] menyampaikan di sana juga ada harga emas, di mana kenaikan harga emas di dalam core inflation pasti mempengaruhi,” ucap Sri Mulyani.
Meski demikian, Sri Mulyani mengaku masih mengkaji pertumbuhan inflasi inti lima bulan terakhir apakah merefleksikan tingginya permintaan yang menandakan perekonomian tumbuh positif.
“Jadi dalam hal ini kita menyikapi sebagai hal yang positif, terutama juga kalau dari sisi fiskal, kan kita menggunakan APBN fiskal itu, pertama untuk menstabilkan harga belanja kita untuk makanan, dalam bentuk bantuan bansos,” tutur Bendahara Negara.
Sri Mulyani menyebut, instrumen fiskal memiliki peranan penting dalam menstabilkan harga pangan. Selain memberikan insentif secara langsung, pihaknya juga memiliki mekanisme pemberian insentif bagi pemerintah daerah yang memiliki laju inflasi stabil.
“Jadi kalau saya lihat dari sisi perkembangan inflasi, atau tadi disebutkan deflasi 5 bulan berturut-turut, di satu sisi penurunan yang berasal dari volatile food, itu adalah memang hal yang kita harapkan,” lanjutnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi lagi pada September, menjadi deflasi untuk bulan kelima beruntun. Deflasi pada September tercatat 0,12%, lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya.
Sementara itu, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tercatat di angka 1,84% year-on-year, menjadi pertama kali sejak Desember 2021 inflasi RI ada di bawah 2%.
"Inflasi September adalah yang terendah sejak Desember 2021 dengan inflasi tahunan sebelumnya pada November 2021 di angka 1,75%," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers kemarin.
Berdasarkan komponennya, inflasi inti tercatat tumbuh 2,09% (yoy) pada September 2024, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,02% (yoy). Sementara secara bulanan, inflasi inti tumbuh 0,16% (month-to-month/mtm), sementara bulan sebelumnya sebesar 0,20% (mtm).
Sedangkan inflasi harga pangan bergejolak tumbuh 1,43% (yoy), mengalami perbaikan dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 3,04% (yoy). Secara bulanan di September 2024 mengalami deflasi -1,34% (mtm) lebih dalam dari bulan sebelumnya sebesar -1,24% (mtm).
(azr/lav)