Logo Bloomberg Technoz

Penawaran lain yang membuat pengguna ketagihan adalah link bersama. Fitur ini bisa dibagikan ke anggota keluarga melalui grup belanja. Semakin banyak orang membelanjakan produk dalam tautan yang sama, maka semakin rendah harga barang tersebut.

Dengan begitu sekelompok pengguna terdorong berbelanja dan saling mengirimkan tautan (link) kepada kolega.  Setiap barang yang ingin dibeli juga memiliki jumlah minimal orang untuk bisa memenuhi syarat pembelian.

Saat jumlah tersebut tidak terpenuhi dalam 24 jam, pembelian dalam grup tersebut dibatalkan, dan dana yang telah dijanjikan untuk membeli dan membayar akan dikembalikan kepada orang-orang yang telah berkomitmen untuk membeli.

Temu Mengancam UMKM Indonesia

Barang yang dijual murah karena hasil produksi pabrik bisa langsung dijual ke konsumen akhir di berbagai negara atau dikenal juga dengan istilah direct to customer (D2C). 

D2C yang artinya proses jual beli tanpa perantara bakal merusak ekosistem perdagangan di Indonesia.

Tiga kementerian (Kemendag, Kemenkominfo, Kementerian Koperasi UKM) berkomitmen menolak kehadiran Temu.

“Yang saya khawatir ada satu lagi, satu aplikasi digital cross border yang akan  saya kira akan masuk ke kita ini lebih dahsyat daripada TikTok,” MenKopUKM Teten Masduki beberapa waktu lalu.

Upaya hadir di pasar Indonesia sudah terjadi lewat permohonan ke Kementerian Hukum dan HAM untuk mendaftarkan merek, desain, dan hal terkait lain, namun gagal. Pemerintah menegaskan akan terus memantau.

Dalam izin operasi, Temu juga wajib mengantongi izin Perizinan Berusaha, Periklanan, Pembinaan, dan Pengawasan Pelaku Usaha Dalam Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PPMSE) dari Kemendag.

Hingga terakhir ‘cap’ PPMSE belum didapatkan, dinyatakan Wamendag Jerry Sambuaga dikuatkan dengan pernyataan Budi Arie pada Kamis (3/10/2024) kemarin.

Fase Menantang Pada Bisnis Temu 

TIngkat pengeluaran konsumsi penduduk China.

Investor tampak kaget dengan gambaran di masa depan atas perusahaan e-commerce paling fenomenal dalam dua tahun terakhir ini.

PDD (induk usaha Temu) melaporkan pendapatan yang meleset dari estimasi dengan CEO Chen Lei dalam konferensi pers setelah laporan keuangan menyebutkan, setidaknya 8 kali bahwa pendapatan dan laba “pasti” menurun karena pertumbuhan ekonomi melambat.

“Kami melihat banyak tantangan baru ke depan, mulai dari bergesernya permintaan konsumen, ketatnya persaingan, dan ketidakpastian global,” kata Chen kepada para analis dilaporkan Bloomberg News.

Strategi harga rendahnya di Pinduoduo untuk pasar China dan Temu di luar negeri, dimaksudkan untuk menarik para pembeli yang sadar akan biaya  saat volatilitas ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Hasil yang mengecewakan ini merupakan yang terbaru dari serangkaian sinyal bahaya tentang ekonomi China. Mengutip pernyataan Joshua Crabb, kepala ekuitas Asia Pasifik di Robeco Hong Kong Ltd bahwa “masalah [paling] adalah kelemahan konsumen di China.”

(wep/roy)

No more pages