Adapun tenor panjang 15Y dan 20Y masing-masing di 6,83% dan 6,96%.
Di pasar valuta Asing, nilai rupiah terhadap berbagai mata uang asing juga ambles. Bukan hanya terhadap dolar AS, nilai rupiah terhadap mata uang lain juga amblas.
Nilai rupiah terhadap dolar AS misalnya, tertekan sejak pembukaan pasar dan kini ada di level Rp15.515/US$.
Begitu juga nilai rupiah terhadap euro dan dolar Australia turun 0,49%, lalu terhadap dolar Hong Kong turun 0,57%. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Singapura juga melemah 0,45% pagi ini. Terhadap poundsterling, rupiah bahkan ambles nilainya 0,64%.
Sementara pamor rupiah terhadap yen Jepang masih naik 0,71%.
Dolar AS 'Mengamuk'
Indeks dolar AS sudah membukukan reli empat hari terakhir dan diprediksi akan melanjutkan kenaikan seiring mulai meragunya para investor akan jalur pemangkasan bunga acuan oleh Federal Reserve ke depan.
Beberapa data ekonomi yang terakhir dirilis pekan ini, seperti jumlah lowongan pekerjaan juga klaim pengangguran, serta manufaktur, memberi petunjuk bahwa perekonomian terbesar di dunia itu masih begitu tangguh. Yang terbaru, indeks layanan Institute for Supply Management (ISM) naik 3,4 poin menjadi 54,9 bulan lalu. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi, dan angka terbaru melebihi semua proyeksi dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.
"Di tengah belanja konsumen yang kuat, sektor jasa yang besar terus menambah tulang punggung ekspansi, kemungkinan akan membebani penurunan suku bunga seperempat poin yang lebih kecil dari The Fed pada November," kata Sal Guatieri, ekonom senior di BMO Capital Market, dilansir oleh Bloomberg.
Pada saat yang sana, kenaikan ketegangan di Timur Tengah membuat para pengelola dana menaikkan penempatan di safe haven, dalam hal ini dolar AS. Pasar juga memperhitungkan faktor Pemilu AS yang akan digelar November nanti.
Pertaruhan akan jalur pemangkasan bunga The Fed ke depan akan menunggu konfirmasi dari sejumlah laporan pasar tenaga kerja AS untuk bulan September, yang akan dirilis nanti malam. Angka Nonfarm Payroll diprediksi lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yaitu 150.000 rekrutmen dari 142.000 rekrutmen.
Sementara tingkat pengangguran September diperkirakan stagnan di 4,2%. Pertumbuhan upah tahunan juga diprediksi stabil di 3,8%, namun secara bulanan diramal melambat dengan pertumbuhan 0,3%.
Lanskap itu kurang menguntungkan bagi rupiah dan mata uang emerging market. Para trader mengurangi ekspektasi akan pemangkasan Fed fund rate sebesar 50 bps pada November nanti. Probabilitas penurunan 25 bps meningkat.
Para investor pun banyak melepas surat utang AS sehingga imbal hasilnya semakin tinggi, membuat pamor surat berharga RI kurang menarik akibat penyempitan selisih imbal hasil.
Pernyataan bernada 'dovish' dari pejabat The Fed sepertinya juga belum cukup membantu menahan kejatuhan aset emerging market.
Gubernur Federal Reserve Bank of Chicago, Austan Goolsbee menegaskan bahwa suku bunga akan turun "banyak" pada tahun depan.
Goolsbee menekankan bagaimana fokus sempit bank sentral pada inflasi telah meluas ke pasar tenaga kerja. Ia menambahkan bahwa ia ingin menjaga tingkat pengangguran—yang saat ini berada di level 4,2%—agar tidak meningkat lebih jauh.
"Inflasi turun dan mendekati target, pengangguran naik tipis, dan pasar kerja pada dasarnya berada di tempat yang kita inginkan," ujar Goolsbee pada Kamis dalam wawancara di WBEZ, stasiun radio publik Chicago. "Suku bunga harus turun dalam 12 bulan ke depan dengan banyak hal."
Goolsbee juga mengomentari pemogokan yang dilakukan para pekerja dermaga di pelabuhan-pelabuhan di pesisir Timur dan Teluk. Ia mengatakan para peritel dan produsen memiliki persediaan produk sekitar dua minggu, dan menyebut bahwa pemogokan yang lebih lama dari itu akan mulai memberikan dampak yang lebih besar pada perekonomian.
(rui/aji)