Indeks dolar AS pagi ini makin perkasa di kisaran 101,92, sejalan dengan ketidakpastian yang makin meningkat di pasar menanti laporan data tenaga kerja AS yang dirilis pada Jumat pagi waktu Washington, AS, atau Jumat malam waktu Indonesia Barat.
Secara teknikal tekanan pelemahan rupiah sudah menjebol level support terdekat dan kini menuju level psikologis di Rp15.540/US$.
Rupiah tidak diuntungkan dari situasi pasar global yang terbekap banyak ketidakpastian saat ini. Indeks dolar AS sudah membukukan reli empat hari terakhir dan diprediksi akan melanjutkan kenaikan seiring mulai meragunya para investor akan jalur pemangkasan bunga acuan oleh Federal Reserve ke depan.
Beberapa data ekonomi yang terakhir dirilis pekan ini, seperti jumlah lowongan pekerjaan juga klaim pengangguran, serta manufaktur, memberi petunjuk bahwa perekonomian terbesar di dunia itu masih begitu tangguh. Yang terbaru, indeks layanan Institute for Supply Management (ISM) naik 3,4 poin menjadi 54,9 bulan lalu. Angka di atas 50 mengindikasikan ekspansi, dan angka terbaru melebihi semua proyeksi dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom.
"Di tengah belanja konsumen yang kuat, sektor jasa yang besar terus menambah tulang punggung ekspansi, kemungkinan akan membebani penurunan suku bunga seperempat poin yang lebih kecil dari The Fed pada November," kata Sal Guatieri, ekonom senior di BMO Capital Market, dilansir oleh Bloomberg.
Pada saat yang sana, kenaikan ketegangan di Timur Tengah membuat para pengelola dana menaikkan penempatan di safe haven, dalam hal ini dolar AS. Pasar juga memperhitungkan faktor Pemilu AS yang akan digelar November nanti.
Pertaruhan akan jalur pemangkasan bunga The Fed ke depan akan menunggu konfirmasi dari sejumlah laporan pasar tenaga kerja AS untuk bulan September, yang akan dirilis nanti malam. Angka Nonfarm Payroll diprediksi lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya yaitu 150.000 rekrutmen dari 142.000 rekrutmen.
(rui)