“Tingginya tingkat penghindaran risiko yang dikombinasikan dengan laporan gaji AS merupakan perpaduan yang tidak stabil.”
Para trader telah berhati-hati dalam mengambil sikap terhadap dolar karena ketidakpastian seputar jadwall pemangkasan suku bunga the Fed dan pemilu AS. Hal ini membuat comeback terbaru ini lebih banyak tentang rekan-rekannya.
Aksi jual mata uang utama lainnya seperti Pound dan Yen, mendukung penguatan greenback pada sesi ini. Pound turun lebih dari 1% terhadap dolar pada hari Kamis pasca Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengisyaratkan prospek pelonggaran moneter yang lebih agresif jika inflasi tetap rendah.
Yen memperpanjang pelemahan yang terlihat usai Perdana Menteri Jepang yang baru, Shigeru Ishiba, mengejutkan pasar dengan mengatakan bahwa ekonomi belum siap untuk kenaikan suku bunga.
“Kami telah menunjukkan bahwa dolar AS terlihat murah dan oversold dan akan naik lebih tinggi karena perhatian pasar bergeser ke luar AS ke seluruh dunia,” kata Jayati Bharadwaj, ahli strategi mata uang di TD Securities.
“Hal ini tampaknya telah terjadi karena data AS telah stabil sementara data-data dunia lainnya mengalami moderasi atau perlambatan hingga menyebabkan kita untuk mengevaluasi kembali lintasan bank sentral di negara-negara tersebut.”
Dolar naik dalam beberapa sesi terakhir juga ditopang kabar eskalasi konflik di Timur Tengah. Iran menembakkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel pada hari Selasa, menyusul serangan Israel di Lebanon.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan komitmen untuk membalas. Greenback kerap menguat selama periode tekanan geopolitik karena investor mencari keamanan dalam aset-aset AS.
“Tawaran aset-aset safe haven, dan fakta bahwa ekonomi AS tidak dalam kondisi yang buruk, keduanya mendorong dolar AS hari ini,” kata Helen Given, seorang trader valuta asing di Monex Inc.
(bbn)