“Kemudian kita lihat juga cadangan devisa kita, itu kalau ekonomi gak bergerak kan gak nambah juga cadangan devisa. Apalagi kita baru melakukan pengaturan devisa hasil ekspor yang terbukti bisa mempertahankan jumlah dolar di dalam negeri,” kata dia.
Sementara inflasi, ia sebut masih dalam target pemerintah sebesar 2,5% plus minus 1%. Terkait deflasi yang terjadi lima bulan terakhir, ia mengklaim hal tersebut disebabkan normalisasi harga pasca turunnya inflasi harga pangan.
“Nah volatile food [inflasi harga pangan bergejolak] itu penting untuk dijaga agar daya beli masyarakat kuat. Jadi kalau sekarang volatile food-nya kita tekan turun, ya tentu ini baik untuk masyarakat,” ujar dia.
Sementara itu, Airlangga menyatakan suku bunga RI juga dalam kondisi yang terjaga. Pasalnya pada 2014 yang lalu tingkat suku bunga acuan BI berada besaran yang cukup tinggi.
“Sehingga suku bunga itu yang prime itu sudah single digit. Jadi artinya justru ini mengurangi daripada ekonomi biaya tinggi,” kata Mantan Ketum Golkar.
Untuk diketahui, IHSG melemah tajam di jeda perdagangan siang hari pada Sesi I. IHSG melemah terdalam di Asia kala sebagian Bursa Saham Asia tengah menguat. IHSG kehilangan 40,15 poin atau drop 0,53% ke level 7.523,1.
Posisi terendah IHSG tengah hari ini ada di 7.504,4 sedangkan tertingginya sempat di 7.581,33. Volume perdagangan melibatkan 11,85 miliar saham. Dengan nilai perdagangan Rp6,12 triliun, dan frekuensi 728 kali.
Beberapa waktu yang lalu, sederet analis dan ekonom sempat meyakini IHSG dapat tembus level 8.000 akibat penurunan suku bunga Bank sentral AS. Pemangkasan Fed Fund Rate memberikan angin segar bagi era suku bunga tinggi.
Fixed Income dan Macro Strategist Mega capital Sekuritas Lionel Priyadi menyebut, IHSG sempat tersengat imbas adanya stimulus ekonomi China, yang menyebabkan aliran dana asing beralih ke Negeri Panda tersebut.
Meski demikian, fenomena ini dinilai tidak akan bertahan lama. Lionel mengatakan, IHSG masih akan mampu bergerak ke level 8.000, yang dipicu oleh momentum penurunan kembali suku bungan The Fed hingga 0,5% pada November dan Desember.
"Masih banyak momentum untuk ke 8000, karena Fed diperkirakan masih memangkas suku bunga acuannya lagi di November dan Desember," kata dia. "Bank Indonesia mungkin akan ikut, dan market sedang spekulasi BI cut Oktober."
(azr/frg)