Logo Bloomberg Technoz

Sementara itu, Indeks Harga Konsumen pada September tercatat di angka 1,84% year-on-year/yoy, menjadi yang pertama kali sejak Desember 2021 inflasi RI ada di bawah 2%.

Data deflasi September dan melambatnya inflasi IHK di bawah 2% untuk pertama kali dalam tiga tahun, kemungkinan mengerek lebih besar potensi Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan pada RDG Oktober ini.

Sebelumnya BI mengaku sedang memantau perkembangan inflasi dalam negeri untuk mencermati hingga mempertimbangkan potensi pemangkasan lanjutan suku bunga acuan (BI Rate) ke depan.

Deputi Gubernur BI Juda Agung menyebut dalam menentukan kebijakan moneter ke depan, Bank Sentral masih mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik. Dari sisi global, kebijakan suku bunga Amerika Serikat, Eropa, dan China menjadi fokus utama pihaknya.

“Inflasi di domestik yang tentu saja kami terus mencermati apakah ada ruang penurunan suku bunga lebih lanjut,” kata Juda dalam Peluncuran Aplikasi Kalkulator Hijau dan Peluncuran Buku Kajian Stabilitas Keuangan di Kantor Pusat BI, Rabu.

Analis CGS International Sekuritas Handy Noverdanius dalam riset terbarunya memaparkan, kebijakan pemotongan suku bunga BI Rate dapat memberikan dorongan positif terhadap perbankan, terutama bagi likuiditas simpanan.

“Menurut kami pemotongan suku bunga The Fed 50 basis poin pada September 2024, dan pemotongan BI Rate 25 bps dalam RDG BI September 2024, akan menjadi katalis positif bagi CoF industri perbankan pada paruh kedua tahun 2024,” tulis Noverdanius.

Singkatnya, CGS International Sekuritas juga akan melihat peningkatan Margin Bunga Bersih (Net Interest Margin/NIM) di paruh kedua tahun 2024, karena penyesuaian ulang Biaya Dana (Cost of Fund/CoF) yang tercermin dalam 1-3 bulan.

“Dari perhitungan kami, setiap penurunan BI rate sebesar 25 bps dapat menurunkan CoF bank-bank BUMN utamanya, sebesar ~10 bps,” jelasnya.

Dengan itu, ia mempertahankan rekomendasi saham perbankan dengan rating Overweight karena prospek margin yang baik dan pertumbuhan kredit yang kuat. Saham BBNI dan saham BBRI menjadi saham pilihan teratas CGS International Sekuritas.
 
Sebagai salah satu acuan, berikut rekomendasi saham dan target harga saham BBNI, BBRI, BBCA, dan  BMRI berdasarkan konsensus Bloomberg:

BBNI
- Buy: 33 Analis
- Hold: 3
- Sell: 0
Target harga 12 Bulan ke depan: Rp6.307/saham

Terbaru, Weldon Sng, Analis HSBC memberikan rekomendasi Buy/ Beli saham BBNI dengan target mencapai Rp6.100/saham. Kemudian Melissa Kuang, Analis Goldman Sachs, memberikan rekomendasi Buy dengan target harga Rp6.450/saham. Sementara Handy Noverdanius, target harga saham BBNI di harga Rp6.500/saham.

BBRI
- Buy: 29 Analis
- Hold: 4
- Sell: 2
Target harga 12 Bulan ke depan: Rp5.801/saham

Terbaru, Jayden Vantarakis, Analis Macquarie memberikan rekomendasi dan rating outperform pada saham BBRI dengan target harga Rp6.630/saham. Selanjutnya Yap Swie Cu, Analis Yuanta Investment Consulting memberikan rekomendasi Buy/ Beli dengan target harga mencapai Rp6.800/saham.

BBCA
- Buy: 32 Analis
- Hold: 3
- Sell: 0
Target harga 12 Bulan ke depan: Rp11.622/saham

Terbaru, Erni M Siahaan, Analis Ciptadana Sekuritas memberikan rekomendasi Buy pada saham BBCA dengan target harga Rp11.600/saham. Selanjutnya Sarina Lesmina, Analis CLSA memberikan rekomendasi Buy dengan rating outperform target harga mencapai Rp11.900/saham.

BMRI
- Buy: 30 Analis
- Hold: 6 
- Sell: 0
Target harga 12 Bulan ke depan: Rp7.938/saham

Terbaru, Prasetya Gunadi, Analis Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi Buy pada saham BMRI dengan target harga Rp8.500/saham. Lebih tinggi, Arief Machrus, Analis Sinarmas Sekuritas memberikan rekomendasi Buy dengan target harga mencapai Rp8.600/saham.

(fad/wep)

No more pages