Sementara itu, Hang Seng (Hong Kong), KLCI (Malaysia), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam) melemah juga tertekan 1,48%, 0,23%, dan 0,01%.
Dari dalam negeri, depresiasi rupiah menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Siang ini, Rupiah kembali lesu di hadapan dolar Amerika Serikat.
Pada pukul 13.00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp15.413. Rupiah melemah 0,95% point-to-point.
Sejak pagi tadi, nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS dibuka langsung drop dalam pembukaan perdagangan pasar spot, Kamis (3/10/2024) melampaui level Rp15.318/US$.
Berdasarkan data Bloomberg, memang Rupiah melemah tak sendirian. Di Asia saat ini, semua mata uang lemas dihadapan dolar AS. Ringgit memimpin pelemahan dengan penurunan 0,97%, lalu Baht 0,46%, lalu dolar Singapura 0,25%, dan peso 0,20%. Sementara pasar keuangan China dan Korea Selatan masih tutup.
Adapun rupiah tertekan oleh faktor eksternal, mulai dari peningkatan eskalasi konflik Timur Tengah yang menguatkan kembali dolar AS sebagai Safe Haven, hingga kekhawatiran arus capital outflows seiring pengucuran stimulus China.
Efeknya, saat Rupiah melemah, beban utang luar negeri masing-masing emiten Perusahaan akan meningkat. Apalagi bagi emiten yang mengumpulkan pendapatan dalam Rupiah, akan mengalami currency missmatch.
Pada nantinya, currency missmatch itu akan menggerus laba. Ketika laba emiten jatuh, apalagi sampai merugi, investor sulit berharap akan datangnya dividen yang memetik keuntungan dari saham.
(fad)