Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Pemerintahan Giorgia Meloni, Italia, yang memegang presidensi G-7 tahun ini, terus menyerukan de-eskalasi militer dan gencatan senjata di wilayah Lebanon dan Gaza.
Pertemuan yang dijadwalkan tersebut akan membahas upaya diplomatik untuk meredakan konflik di perbatasan Israel-Lebanon.
Pasalnya Israel diperkirakan akan melakukan serangan balasan terhadap Iran setelah rentetan rudal Teheran awal pekan ini. Israel telah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Iran, meskipun Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan negara tersebut harus menahan diri untuk tidak menyerang fasilitas-fasilitas nuklir Iran.
Serangan Israel di Lebanon dan rentetan rudal Iran ke Israel telah meningkatkan kekhawatiran akan perang Timur Tengah yang lebih luas, mengguncang pasar-pasar energi, termasuk pasar keuangan, dan mendorong sekutu-sekutu negara maju Israel—dan negara-negara besar lainnya—untuk mencari de-eskalasi.
“Kekhawatiran pasar selanjutnya mungkin adalah risiko eskalasi konflik. Terutama jika Israel kemudian menargetkan aset-aset minyak Iran,” terang Charu Channa, Strategist di Saxo Capital Markets Pte., mengutip Bloomberg.
Senada, Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, Wall Street semalam tertekan oleh kekhawatiran akselerasi eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah. Iran menyerang Israel dengan rudal balistiksebagai balasan atas serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah di Lebanon. Israel dikabarkan memulai ground operation di wilayah selatan Lebanon.
“Hal ini dikhawatirkan memicu respons agresif dari Israel yang berpotensi memicu akselerasi eskalasi konflik di Timur Tengah,” mengutip riset Phintraco sebelumnya.
(fad/wep)