Logo Bloomberg Technoz

Data Bicara: Alarm Kelesuan Ekonomi Indonesia Menyala

Ruisa Khoiriyah
03 October 2024 11:30

Berbagai data menunjukkan kelesuan ekonomi domestik makin kentara (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Berbagai data menunjukkan kelesuan ekonomi domestik makin kentara (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Keluhan makin tipisnya tabungan masyarakat kelas bawah dan menengah akibat terkuras kebutuhan hidup, kabar Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang makin banyak, juga kesaksian para pelaku UMKM yang mengeluhkan sepinya penjualan bisnis mereka, makin ramai terdengar dari berbagai saluran media sosial populer.

Keluhan itu seolah mendapatkan validasinya dengan rilis data yang menunjukkan, Indonesia memperpanjang periode deflasi bulan lalu, deflasi terpanjang sejak era krisis ekonomi hebat yang pecah pada 1998 silam. Bayang-bayang kelesuan ekonomi menguat meski berulang dibantah melalui pernyataan para pejabat sektor keuangan negeri ini.

Deflasi bulanan yang berlanjut pada September, telah membawa inflasi tahunan RI ke level 1,84%, inflasi terendah sejak Desember 2021 yaitu ketika perekonomian masih terbekap kelesuan akibat krisis Pandemi Covid-19. Meski kisaran inflasi masih berada di rentang target BI tahun ini yaitu 1,5%-3,5%, namun level tersebut sudah jauh di bawah titik tengah. 

Persoalannya, inflasi rendah -apalagi deflasi- tak selalu menjadi kabar baik bagi perekonomian. Inflasi rendah tak melulu merupakan cermin keberhasilan pengendalian harga.

Baca juga: Ada Deflasi, Tapi Harga Barang Pokok Masih Naik