'Lingkaran Setan'
Selain itu, Achmad menekankan efek domino dari deflasi adalah munculnya lingkaran setan, di mana permintaan barang dan jasa terus menurun.
Walhasil, sektor usaha kecil, dan menengah (UKM)—yang sangat bergantung pada arus kas yang stabil — bakal makin kesulitan beroperasi ketika permintaan melemah dan margin keuntungannya kian menipis.
"Hal ini dapat memperburuk pengangguran dan menekan konsumsi lebih lanjut, yang pada akhirnya makin memperdalam efek deflasi," kata Achmad.
Ancaman Oktober
Untuk diketahui, deflasi merupakan kebalikan inflasi. Bila inflasi berarti kenaikan harga barang/jasa dalam kurun tertentu, deflasi mengindikasikan penurunan harga barang/jasa yang terjadi selama periode yang diukur.
Melihat tren ekonomi beberapa bulan terakhir, Achmad memperkirakan deflasi masih mungkin terjadi hingga Oktober, kecuali langkah-langkah mitigasi segera diambil. Salah satu faktor penyebab deflasi kemungkinan bakal berlanjut adalah lemahnya permintaan domestik dan penurunan produksi di sektor manufaktur.
Dia menyoroti kontraksi di sektor manufaktur menjadi indikator penting melemahnya permintaan, baik di pasar domestik maupun ekspor. Pandemi yang masih membayangi daya beli masyarakat memperburuk keadaan ini, memperlambat pemulihan berbagai sektor penting.
S&P Global melaporkan kondisi Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September bernilai 49,2, naik dibandingkan dengan Agustus yang sebesar 48,9.
PMI menggunakan angka 50 sebagai tolok ukur. Jika masih di bawa 50, maka aktivitas masih mengalami kontraksi, bukan ekspansi. Dengan demikian, PMI manufaktur Indonesia sudah berada di area kontraksi selama 3 bulan beruntun.
"Deflasi tidak hanya dihasilkan dari penurunan permintaan, tetapi juga bisa terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi."
"Saat produksi barang atau komoditas tertentu melimpah, tetapi permintaan tetap rendah, harga akan turun. Dalam kondisi ini, langkah strategis untuk menjaga keseimbangan antara penawaran dan permintaan menjadi krusial," jelasnya.
Program Padat Karya
Untuk itu, ekonom UPNVJ ini memberikan beberapa langkah strategis yang perlu segera diambil oleh pemerintah guna meredam dampak deflasi guna memulihkan sektor riil.
Pertama, Achmad menyarankan progam Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Padat Karya Pemerintah perlu diperluas untuk meningkatkan daya beli masyarakat miskin dan rentan.
"Program padat karya yang menciptakan lapangan kerja sementara juga bisa menjadi solusi untuk menanggulangi pengangguran sementara yang timbul akibat kontraksi sektor riil," ujarnya.
Kedua, stimulus untuk UKM dan sektor manufaktur. Menurutnya, pemerintah perlu memberikan subsidi atau insentif pajak kepada sektor UKM dan manufaktur yang terdampak deflasi. Bantuan ini akan membantu mereka untuk tetap beroperasi dan meningkatkan produksi di tengah permintaan yang lemah.
Selain itu, investasi pemerintah dalam infrastruktur dan teknologi bagi sektor manufaktur akan membantu menciptakan efisiensi yang meningkatkan daya saing dan mendorong pertumbuhan jangka panjang.
"Ketiga, penurunan suku bunga dan fasilitas kredit. Di sisi moneter, Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga untuk merangsang pinjaman dan investasi. Kredit murah untuk sektor riil akan mendorong perusahaan untuk tetap melakukan ekspansi meskipun permintaan sedang menurun," ujarnya.
Keempat, investasi pada sektor strategis. Dalam hal ini, pemerintah juga dapat fokus pada investasi di sektor-sektor strategis yang memiliki multiplier effect besar, seperti infrastruktur, energi hijau, dan digitalisasi.
"Pembangunan proyek-proyek infrastruktur berskala besar tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga meningkatkan permintaan bahan baku dan produk dari sektor riil lainnya. Namun bukan proyek asing dengan tenaga kerja asing yang dominan," tegasnya.
Kelima, reformasi kebijakan tenaga kerja. Menurutnya, kebijakan ini perlu diterapkan guna meningkatkan fleksibilitas pasar kerja, serta memberikan pelatihan keterampilan baru bagi pekerja yang terdampak deflasi.
"Dengan langkah-langkah ini, diharapkan pemerintah dapat mengatasi dampak deflasi dan mendorong kebangkitan sektor riil, sekaligus meningkatkan pendapatan riil masyarakat yang terdampak," terang Achmad.
Sebagai catatan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi lagi pada September, menjadi deflasi untuk bulan kelima beruntun. Deflasi pada September tercatat 0,12%, lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya.
(wdh)