Pada pembukaan pasar Asia pagi ini, sinyal pelemahan makin menguat. Ringgit menjadi valuta Asia dengan pelemahan terdalam, turun 0,74%, lalu baht 0,66%, yen Jepang 0,16%, dolar Singapura 0,05%, sedang dolar Hong Kong dan yuan offshore turun sedikit.
Pelaku pasar kini dihadapkan pada kepungan sentimen negatif yang membuat volatilitas harga aset di pasar meningkat tajam. Ketegangan Iran versus Israel yang menyeret sekutunya dan proksi, telah 'membakar' harga minyak dunia, mencetak reli kenaikan dalam hari ini.
Lonjakan harga minyak yang terus berlanjut bisa mengancam stabilitas fiskal RI yang sensitif terhadap pergerakan harga minyak dunia dan nilai dolar AS.
Pada saat yang sama, pasar saham juga dibayangi gelombang rotasi dana global ke China menyambut paket stimulus besar-besaran yang telah dan akan dilancarkan otoritas Negeri Panda.
Di sisi lain, para investor masih akan mencermati perkembangan pasar tenaga kerja AS yang akan dilaporkan Jumat pekan ini untuk menghitung prospek penurunan bunga acuan The Fed di sisa tahun dan tahun depan.
Gubernur Fed Richmond Thomas Barkin mengatakan bahwa masih terlalu dini bagi bank sentral untuk menyatakan kemenangan atas inflasi
"Meskipun kami telah membuat kemajuan nyata—masih ada ketidakpastian yang signifikan pada inflasi dan ketenagakerjaan," katanya.
Deflasi dan daya beli
Deputi Gubernur BI Juda Agung menilai, deflasi lima bulan beruntun yang terjadi bukanlah pertanda pelemahan yang berlebihan dalam perekonomian domestik. Dengan kata lain, memang ada indikasi melemah tapi tidak dalam tingkat yang mengkhawatirkan alias berlebihan.
Tingkat inflasi di 1,84% year-on-year pada September masih berada dalam rentang target BI yaitu 1,5%-3,5%.
“Kami tidak melihat itu sebuah pelemahan yang berlebihan dari perekonomian,” kata Juda.
Inflasi yang makin rendah mungkin akan membuat pertimbangan pemangkasan bunga acuan BI rate bulan ini lebih besar. Akan tetapi, pelemahan rupiah dan ancaman capital outflows ke pasar China, kemungkinan akan membuat BI lebih berhati-hati memutuskan.
Analisis teknikal rupiah
Secara teknikal nilai rupiah berpotensi tertekan di zona merah menuju area Rp15.280/US$ sampai dengan Rp15.300/US$. Level support terkuat rupiah ada di Rp15.340/US$.
Sementara trendline terdekat pada time frame daily menjadi resistance psikologis potensial pada level Rp15.250/US$ dan potensi ke ke Rp15.200/US$.
Selama nilai rupiah bertengger di atas Rp15.300/US$ usai tertekan, maka pelemahan bisa makin berlanjut.
Sebaliknya apabila terjadi penguatan hingga Rp15.200/US$ dalam tren jangka menengah (Mid-term) atau dalam sepekan perdagangan, maka rupiah berpotensi terus menguat hingga Rp15.150/US$.
(rui)