Logo Bloomberg Technoz

Para pemimpin G7, setelah melakukan pembicaraan telepon pada Rabu (2/10/2024), mengatakan konflik regional bukanlah kepentingan siapa pun dan solusi diplomatik masih memungkinkan. Presiden Joe Biden mengatakan sanksi AS lebih lanjut akan diberlakukan terhadap Iran.

Pemerintah Netanyahu—bersama dengan para pemimpin Israel lainnya—telah mengancam akan melakukan pembalasan terhadap Iran, yang menembakkan sekitar 200 rudal balistik pada Selasa (1/10/2024).

Beberapa di antaranya berhasil menembus pertahanan udara Israel, meskipun hanya satu korban jiwa yang dilaporkan. Kemudian pada Rabu, Haaretz mengatakan serangan Iran merusak beberapa pangkalan angkatan udara.

Yair Lapid, pemimpin oposisi Israel dan mantan perdana menteri, mengatakan Iran harus membayar harga yang "sangat mahal dan berat." Sementara Naftali Bennett, salah satu pesaing Netanyahu, menyerukan agar Israel "menghancurkan program nuklir Iran dan fasilitas-fasilitas energi utamanya."

Seruan-seruan tersebut menyoroti bagaimana dinamika telah bergeser sejak April, ketika Israel membalas rentetan rudal Iran yang lebih kecil dengan serangan terbatas terhadap pangkalan udara yang hanya menimbulkan sedikit kerusakan.

Kali ini, Israel dapat menargetkan infrastruktur minyak atau pangkalan militer anggota OPEC. Skenario yang paling mungkin terjadi adalah serangan terhadap fasilitas nuklirnya.

Ketika ditanya pada Rabu, apakah AS akan mendukung serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, Biden mengatakan tidak. "Namun kami bertujuh sepakat mereka memiliki hak untuk merespons, tapi harus merespons secara proporsional," ujar Biden mewakili negara-negara G7.

Serangan seperti itu hampir pasti akan mendorong gelombang eskalasi baru dalam konflik yang bermula saat Hamas, yang juga didukung Iran, menyerbu Israel bagian selatan dari Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan 1.200 orang dan menculik 250 orang.

Serangan Israel berikutnya ke Gaza telah menewaskan 41.000 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah Palestina.

Peta perang Israel vs Hizbullah. (Bloomberg)

Pada Rabu, Hamas mengaku bertanggung jawab atas serangan penembakan dan penikaman di Tel Aviv pada Selasa yang menewaskan enam warga sipil Israel.

Pertempuran telah menyebar ke beberapa bagian wilayah. Israel melakukan serangan di Yaman dan serangan yang dicurigai di Suriah dalam beberapa hari terakhir, serta pemboman Lebanon dan kampanye yang masih berlangsung di Gaza.

Dalam sebulan terakhir, Israel telah membunuh banyak pemimpin senior Hizbullah, termasuk pemimpinnya Hassan Nasrallah. Serangan udara Israel di Lebanon telah menewaskan ratusan warga sipil dalam dua minggu terakhir menurut para pejabat Lebanon.

Risiko konflik yang lebih luas dan lebih terbuka mendorong harga minyak mentah Brent lebih tinggi untuk hari kedua, menjadi di atas US$75 per barel pada Rabu. Harga minyak masih turun selama sebulan terakhir, menunjukkan para trader tidak yakin akan ada gangguan pasokan besar di Iran atau bagian lain dari Teluk yang kaya akan minyak.

Aset gas & minyak Iran. (Bloomberg)

AS, yang melabeli Hizbullah dan Hamas sebagai kelompok-kelompok teroris, telah meningkatkan dukungan militer dan keuangan untuk Israel pada tahun ini sejak serangan 7 Oktober. Para pejabat pemerintahan Biden juga telah menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyerukan pengendalian dalam kampanye Israel di Gaza dan sekarang Lebanon.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres lebih blak-blakan. Ia mengatakan bahwa sudah waktunya untuk menghentikan siklus eskalasi "yang membawa orang-orang di Timur Tengah menuju jurang."

"Setiap eskalasi telah menjadi dalih untuk eskalasi berikutnya," ujar Guterres dalam sesi darurat Dewan Keamanan PBB pada Rabu mengenai perkembangan terbaru di wilayah tersebut.

Guterres mengutuk serangan rudal Iran, meskipun kegagalannya untuk melakukannya secara eksplisit dalam komentar sebelumnya menuai tuduhan bias dari Israel. Menteri Luar Negeri Israel Katz mengatakan bahwa kepala PBB itu akan dilarang masuk ke Israel jika ia mencoba melakukan perjalanan ke sana.

Sinyal awal dari Iran setelah pembunuhan Nasrallah adalah bahwa mereka akan menghindari serangan langsung terhadap Israel. Presiden baru Masoud Pezeshkian telah berulang kali mengatakan dalam beberapa minggu terakhir bahwa ia menginginkan hubungan yang lebih baik dengan Barat untuk meringankan sanksi ekonomi terhadap Republik Islam.

Namun, elemen-elemen garis keras di dalam pemerintah dan Korps Garda Revolusi Islam mungkin meyakinkan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei bahwa ia harus bertindak lebih tegas karena Hizbullah yang sedang diserang.

"Masalah selanjutnya adalah bagaimana Israel merespons," kata Wendy Sherman, pejabat nomor dua di Departemen Luar Negeri AS hingga tahun 2023. "Triknya, tentu saja, selalu ada—jika Anda tepat dalam merespons, Anda bisa melakukan apa yang ingin Anda lakukan dan tidak lagi. Namun, jika ada sesuatu yang tidak beres, Anda bisa meningkat melewati titik yang ingin Anda tingkatkan."

(bbn)

No more pages