Logo Bloomberg Technoz

Saat harga minyak bumi makin mahal, maka keuntungan menggunakan bahan bakar nabati akan meningkat. CPO adalah salah satu bahan baku pembuatan bahan bakar nabati. 

Produksi minyak kelapa sawit./Bloomberg-Ferley Ospina

“Pendorong lainnya adalah pelemahan nilai tukar mata uang ringgit dan momentum bullish harga minyak kedelai. Kemudian, impor minyak nabati India yang lemah pada September, hanya sekitar 1,06 juta ton, membuat negara tersebut harus mengimpor lebih banyak lagi jelang peningkatan permintaan saat musim perayaan hari besar,” jelas Bagani, seperti diwartakan Bloomberg News.

Kemarin, ringgit melemah 0,22% di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Dalam seminggu terakhir, mata uang Negeri Harimau Malaya terdepresiasi 1,03% secara point-to-point.

CPO adalah aset yang dibanderol dengan ringgit. Saat ringgit melemah, maka CPO akan menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Akibatnya, permintaan CPO akan meningkat.

Sementara harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade (AS) melejit 2,91%. Lalu harga minyak biji bunga matahari pun bertambah 0,07%.

Saat harga minyak nabati pesaing makin mahal, maka keuntungan menggunakan CPO akan meningkat. Sebab, berbagai komoditas ini memang bisa saling menggantikan.

Analisis Teknikal

Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), CPO berada di zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 58,25. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.

Sementara indikator Stochastic RSI ada di 64,53. Menempati area beli (long) dan belum mencapai titik jenuh.

Potensi kenaikan harga CPO memang masih terbuka. Cermati pivot point di MYR 4.197/ton. Jika tertembus, maka harga bisa naik menuju target resisten MYR 4.225-4.248/ton.

 

Adapun target support terdekat adalah MYR 4.146/ton. Penembusan di titik ini bisa menyebabkan harga CPO turun lagi menuju MYR 4.134/ton.

(aji)

No more pages