Sedangkan di posisi kedua, KPU mencatat Partai Golkar meraih 23.208.654 suara atau 15,29% suara sah. Sedangkan posisi ketiga adalah Partai Gerindra yang hanya 20.071.708 suara atau 13,22% suara sah.
Sarmuji mengklaim, seandainya pun kursi Ketua MPR jatuh pada partai Gerindra, hal tersebut semata untuk kepentingan negara. Namun, dia tak menjelaskan detil kepentingan negara apa yang harus ditopang dengan keberadaan politikus Gerindra di kursi Ketua MPR.
“Ini urusan negara ya, urusan negara itu, bukan rela ga rela ya, tapi ini kita mencari solusi terbaik untuk negara kita” kata dia.
Toh, menurut dia, pemilihan Ketua MPR akan melalui proses permusyawarahan. Artinya, kata dia, bukan sekadar melanggengkan tradisi tetapi mendapat persetujuan atau dukungan dari seluruh atau sebagian besar anggota MPR lainnya.
“MPR itu permusyawaratan, kemarin pun itu permusyawaratan, kalau logikanya kan sama harusnya berlaku, pemenang pemilu ya jadi ketua, tapi di MPR kan khusus, karena itu musyawaratan jadi dimusyawarahkan, dan hasil musyawarah itu bisa sama dengan yang lalu bisa juga tidak sama dengan yang lalu,” ujar Sarmuji.
(fik/frg)