Logo Bloomberg Technoz

Ada Deflasi, Tapi Harga Beras, Gula, Minyak & Kopi Makin Mahal

Ruisa Khoiriyah
02 October 2024 13:03

Pekerja menuang beras di agen beras kawasan Pasar Minggu, Rabu (22/5/2024). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Pekerja menuang beras di agen beras kawasan Pasar Minggu, Rabu (22/5/2024). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indonesia mencatat deflasi selama lima bulan beruntun sejak Mei hingga September lalu. Deflasi itu menjadi rekor terpanjang dalam 25 tahun terakhir. Terakhir kali Indonesia mencatat deflasi panjang hingga tujuh bulan beruntun adalah ketika perekonomian domestik terperangkap krisis ekonomi pada 1998 silam.

Deflasi merupakan kebalikan inflasi. Bila inflasi berarti kenaikan harga barang/jasa dalam kurun waktu tertentu maka deflasi berarti penurunan harga barang/jasa yang terjadi selama periode yang diukur. 

Dalam penjelasannya kemarin, Plt Kepala Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, deflasi sebesar -0,12% pada September terutama karena terjadinya penurunan harga kelompok makanan, minuman dan tembakau yang menyumbang mencatat deflasi -0,59%. Deflasi juga disumbangkan oleh kelompok transportasi sebesar -0,16% dan kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan deflasi -0,01%.

Melihat lebih terperinci jenis komoditas yang mencatat penurunan harga menurut laporan BPS pada September, di antaranya adalah cabai merah, cabai rawit, telur ayam ras, daging ayam ras, tomat, daun bawang, kentang dan wortel. Sementara dari kelompok harga yang diatur oleh pemerintah (administered price) yaitu bensin mencatat deflasi 0,04% dengan andil deflasi 0,01%.

"Deflasi yang terjadi dalam lima bulan terakhir, secara umum disumbang oleh penurunan harga komoditas bergejolak," kata Amalia.