Awan Cumulonimbus (CB) merupakan salah satu jenis awan yang sering muncul selama peralihan musim. Awan ini sangat erat kaitannya dengan fenomena cuaca ekstrem, seperti petir, angin kencang, hingga puting beliung. Bahkan, dalam beberapa kasus, hujan es juga bisa terjadi akibat terbentuknya awan CB.
Dalam prospek cuaca mingguan yang dirilis BMKG untuk periode 27 September hingga 3 Oktober 2024, masyarakat Jabodetabek diminta untuk lebih waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem ini ditandai dengan hujan lebat dalam durasi singkat, sering kali disertai kilat dan angin kencang. Kondisi seperti ini diperkirakan masih akan berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
Perkiraan Musim Hujan di Indonesia
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam sebuah konferensi pers menjelaskan bahwa sebagian wilayah Indonesia sudah mulai memasuki musim hujan sejak Agustus 2024. Namun, sebagian besar wilayah lainnya, termasuk Jabodetabek, baru akan mengalami musim hujan pada periode September hingga November 2024.
Dari total 699 Zona Musim (ZOM) di Indonesia, BMKG memprediksi bahwa sekitar 75 ZOM atau 10,7% wilayah akan memasuki musim hujan pada bulan September 2024. Wilayah yang termasuk dalam kategori ini adalah pesisir timur Sumatera Utara, bagian selatan Riau, Jambi, sebagian Kalimantan, dan Papua.
Sementara itu, sebanyak 210 ZOM atau 30,04% wilayah akan mengalami musim hujan pada bulan Oktober 2024, termasuk sebagian besar Pulau Jawa, Kalimantan, serta pesisir barat Sulawesi Selatan dan Maluku Utara. Sisanya, sebanyak 181 ZOM atau 25,9% wilayah, diperkirakan mulai memasuki musim hujan pada November 2024. Daerah ini mencakup Lampung bagian selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
La Nina dan Suhu Laut Hangat
Salah satu faktor yang turut memengaruhi pola cuaca di Indonesia adalah fenomena iklim La Nina. Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Ardhasena Sopaheluwakan, menjelaskan bahwa meskipun La Nina saat ini belum aktif, namun diperkirakan akan segera terjadi meskipun dengan intensitas yang lemah.
Selain itu, suhu muka laut di wilayah Indonesia yang cenderung hangat juga menjadi penyebab utama mengapa banyak wilayah di Indonesia mengalami musim hujan lebih awal. Kondisi ini memicu peningkatan uap air di atmosfer, yang kemudian mempercepat pembentukan awan hujan di berbagai zona musim.
Antisipasi Cuaca Ekstrem di Jabodetabek
Melihat kondisi cuaca yang tidak menentu di Jabodetabek, masyarakat diimbau untuk selalu waspada. Perubahan cuaca dari panas di pagi hari menjadi hujan deras di sore hari bisa menimbulkan dampak yang signifikan, terutama bagi aktivitas sehari-hari. BMKG juga mengingatkan bahwa potensi banjir dan genangan air masih mungkin terjadi, terutama di wilayah-wilayah yang rawan.
Oleh karena itu, penting bagi warga Jabodetabek untuk selalu mengikuti perkembangan prakiraan cuaca dari BMKG dan mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi. Selain itu, menjaga kesehatan juga menjadi prioritas, terutama mengingat peralihan musim sering kali menyebabkan penyakit musiman seperti flu dan demam.
Fenomena cuaca panas di pagi hari dan hujan deras di sore hari di wilayah Jabodetabek merupakan bagian dari fase peralihan musim yang saat ini sedang berlangsung. Perubahan ini dipengaruhi oleh kondisi atmosfer yang tidak stabil, serta potensi terbentuknya awan Cumulonimbus yang sering kali memicu cuaca ekstrem. Dengan perkiraan cuaca yang masih menunjukkan potensi hujan lebat dalam beberapa hari ke depan, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan cuaca ekstrem.
(red/seo)