Logo Bloomberg Technoz

Sebelum Beijing mengejutkan pasar dengan rencana stimulusnya, short selling saham China telah menjadi strategi yang populer. Sejumlah pengamat pasar meremehkan sektor ini, dan beberapa bahkan melabeli negara ini sebagai negara yang "tidak dapat diinvestasikan."

Bulan lalu, dalam sebuah survei manajer investasi global Bank of America Corp, 19% responden mengatakan bahwa short selling saham China merupakan perdagangan yang paling ramai dilakukan, nomor dua setelah mengambil posisi beli pada saham-saham teknologi yang disebut Magnificent Seven.

Perdagangan yang paling menyakitkan bagi para short seller adalah Alibaba Group Holding Ltd dan JD.com Inc, data S3 menunjukkan.

Di sisi lain, para trader yang bertaruh melawan Nio Inc, Li Auto Inc, XPeng Inc, dan PDD Holdings Inc masih berada dalam kegelapan.

Bahkan dengan reli baru-baru ini pada saham-saham China yang tercatat di AS, para short seller tidak terburu-buru menutupi posisi mereka, data menunjukkan. Namun, jika pasar terus naik, S3 memperkirakan "sejumlah besar aksi jual di sektor ini" akan mendorong harga saham lebih tinggi lagi.

"Harga saham BABA mungkin akan mengalami dampak terbesar jika aksi jual mulai meningkat karena saham ini telah mengalami peningkatan aksi jual dalam reli ini," ujar Dusaniwsky.

"Dengan aksi jual yang tidak lagi mengimbangi beberapa tekanan beli jangka panjang pada saham ini, aksi beli yang berdampingan dengan aksi beli jangka panjang dapat memperparah lintasan pergerakan harga saham ini."

(bbn)

No more pages