“Kalau core inflation itu yang menentukan deflasi atau tidak deflasi. Kalau dari segi ini, bukan deflasi [bukan pelemahan daya beli], tapi kerja dari TPIP dan TPID termasuk Gubernur,” tutur Airlangga.
Airlangga juga mengklaim berdasarkan data inflasi inti yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan inflasi inti terus mengalami kenaikan, yang menurutnya “berarti daya beli naik ke angkat,” sebut Airlangga.
Sebagai informasi, BPS melaporkan terjadi deflasi lagi pada September, menjadi deflasi untuk bulan kelima beruntun. Deflasi pada September tercatat 0,12%, lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya.
Sementara Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tercatat di angka 1,84% year-on-year, menjadi pertama kali sejak Desember 2021 inflasi RI ada di bawah 2%.
"Inflasi September adalah yang terendah sejak Desember 2021 dengan inflasi tahunan sebelumnya pada November 2021 di angka 1,75%," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers kemarin.
Berdasarkan komponennya inflasi inti tercatat tumbuh 2,09% (yoy) pada September 2024, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 2,02% (yoy). Sementara secara bulanan, inflasi inti tumbuh 0,16% (mtm), sementara bulan sebelumnya sebesar 0,20% (mtm).
Sedangkan inflasi harga pangan bergejolak tumbuh 1,43% (yoy), mengalami perbaikan dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 3,04% (yoy). Secara bulanan di September 2024 mengalami deflasi -1,34% (mtm) lebih dalam dari bulan sebelumnya sebesar -1,24% (mtm).
(azr/lav)