Teheran juga mengancam akan melakukan pembalasan setelah pemimpin politik Hamas terbunuh di Teheran pada Juli—sebuah serangan yang dituduhkan kepada Israel. Tidak ada penilaian independen atas kerusakan akibat serangan tersebut.
Sementara Israel dan AS mengatakan bahwa serangan tersebut terbatas, televisi pemerintah Iran, mengutip Korps Garda Revolusi Islam, mengatakan bahwa 90% rudal menghantam target-target strategis di Israel.
Video yang diambil dari serangan yang masuk mengindikasikan bahwa beberapa rudal berhasil menembus jaringan pertahanan udara yang dibanggakan oleh negara itu.
"Iran melakukan kesalahan besar malam ini, dan mereka akan membayarnya," kata Netanyahu pada pembukaan rapat kabinet keamanannya. "Rezim di Iran tidak memahami tekad kami untuk mempertahankan diri dan tekad kami untuk membalas musuh-musuh kami."
Harga minyak melonjak lebih dari 5% di tengah-tengah kekhawatiran akan gangguan suplai dari wilayah yang kaya akan energi ini. Sementara itu, reli yang terus berlanjut pada saham-saham terhenti, sementara obligasi dan emas juga naik karena para investor memilih aset-aset yang lebih aman.
Presiden Joe Biden kemudian mengatakan bahwa serangan tersebut tampaknya telah "dikalahkan dan tidak efektif."
Sebelumnya, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan menyebut serangan itu sebagai "eskalasi yang signifikan" oleh Iran dan mengatakan bahwa AS bekerja sama dengan Israel untuk meresponsnya.
Biden telah memerintahkan militer AS untuk membantu pertahanan Israel, dan kapal-kapal perusak angkatan laut AS menembakkan sekitar selusin pencegat selama serangan itu, kata Pentagon.
Serangan-serangan tersebut merupakan eskalasi terbaru dari konflik yang lebih luas yang dimulai ketika Hamas, yang juga didukung Iran, menyerang negara Yahudi tersebut pada 7 Oktober.
Israel telah menolak seruan gencatan senjata dari AS dan pihak-pihak lain, dan mengatakan bulan lalu bahwa pihaknya mengalihkan fokus operasi militer dari kampanye di Jalur Gaza ke Lebanon.
"Kita berada di ambang perang habis-habisan antara setidaknya Israel dan Hizbullah, yang dapat menghancurkan Lebanon dan cukup menyakitkan bagi Israel," kata Bruce Riedel, mantan perwira intelijen senior AS dan peneliti senior non-residen di Pusat Kebijakan Timur Tengah Brookings.
"Jika mereka juga melibatkan Iran, seluruh wilayah ini akan terancam."
Serangan Selasa terjadi dengan sedikit peringatan, berbeda dengan serangan April yang disampaikan Iran jauh-jauh hari dan melibatkan rudal dan pesawat tak berawak yang bergerak lebih lambat.
Hal itu membantu angkatan udara Israel menembak jatuh sebagian besar proyektil dengan bantuan dari AS, Inggris, Prancis, dan Yordania.
Setelah serangan itu, Israel melancarkan serangan minimal yang tampaknya dirancang untuk menunjukkan kemampuannya menghantam situs-situs sensitif Iran, tanpa memprovokasi perang habis-habisan.
Pada Senin, pasukan Israel telah memulai apa yang dikatakan oleh pemerintah Netanyahu sebagai "serangan darat yang ditargetkan" di Lebanon bersamaan dengan serangan udara di pinggiran selatan Beirut, dan tentara kemudian melaporkan "pertempuran yang sengit." Hizbullah menembakkan sejumlah roket sebagai tanggapan.
Uni Eropa, seperti halnya AS hanya memiliki sedikit keberhasilan dalam mengendalikan atau mengakhiri pertempuran di Gaza atau Lebanon, mengatakan dalam pernyataannya bahwa "gelombang serangan dan pembalasan yang beruntun telah memicu spiral konflik yang tidak terkendali."
AS telah meningkatkan postur militernya di Timur Tengah dalam beberapa hari terakhir, demikian ungkap Pentagon, dan pada Senin mengumumkan mereka akan mengirimkan beberapa ribu tentara tambahan ke wilayah tersebut, termasuk skuadron jet tempur tambahan.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan kepada mitranya dari Israel, Yoav Gallant, pada Selasa bahwa AS "dalam posisi yang tepat" untuk mempertahankan sekutu, mitra, dan pasukan AS dari ancaman Iran.
Keduanya membahas "konsekuensi berat" jika terjadi serangan langsung terhadap Israel, menurut pembacaan panggilan telepon tersebut.
Iran memiliki persediaan rudal balistik dan rudal jelajah "substansial" yang mampu menyerang target sejauh 2.000 kilometer (1.200 mil) dari perbatasannya, demikian ungkap Badan Intelijen Pertahanan AS (DIA) pada April lalu dalam kajian tahunan mengenai ancaman global.
DIA menambahkan bahwa tahun lalu Teheran "berfokus pada pengerahan sistem jarak jauh generasi baru untuk melawan Israel." Sejak awal 2023, DIA mengatakan, Teheran telah meluncurkan tiga rudal baru yang mampu menyerang Israel dari bagian barat Iran, termasuk rudal jelajah serangan darat dan rudal balistik yang diklaim sebagai rudal hipersonik.
(bbn)