Hal yang sama juga terjadi pada perekonomian yang sedang melandai, di mana perbankan cenderung menaruh uangnya pada instrumen surat berharga.
“Akibat ada tanda-tanda manufaktur melemah, bank menahan diri untuk menyalurkan [ke industri]. Dibandingkan menyalurkan ke industri, lebih baik main di surat berharga negara maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia [SRBI],” ujarnya.
Aktivitas manufaktur Indonesia membaik pada September dibandingkan Agustus. Namun masih di zona kontraksi, belum ada ekspansi.
Pada Selasa (1/10/2024), S&P Global melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September bernilai 49,2. Naik dibandingkan Agustus yang sebesar 48,9.
"PMI memberikan sinyal laju kontraksi sedikit lebih melambat," tulis keterangan S&P.
PMI menggunakan angka 50 sebagai tolok ukur. Jika masih di bawa 50, maka aktivitas masih mengalami kontraksi, bukan ekspansi.
(dov/wdh)