Rutte akan menghadapi sejumlah tantangan. Tugasnya yang paling mendesak adalah melanjutkan implementasi keputusan NATO dalam mendukung Ukraina, baik secara finansial maupun logistik, sambil menunggu proses keanggotaan resmi Ukraina di NATO. Para sekutu menyebut keanggotaan Ukraina sebagai "jalan yang tidak dapat diubah," Rutte masih harus bekerja untuk memastikan kepastian garis waktu dan ketentuan yang tepat.
Rutte juga menghadapi tugas berat lainnya, yakni mendorong negara-negara anggota untuk meningkatkan pengeluaran pertahanan meski menghadapi tekanan fiskal. Tugas ini diperkirakan akan menjadi lebih mendesak jika Donald Trump, yang dikenal skeptis terhadap NATO, memenangkan pemilu AS mendatang.
Sebagai mantan pemimpin negara Uni Eropa, Rutte juga dianggap memiliki posisi kuat untuk memperbaiki hubungan antara NATO dan Uni Eropa, terutama dalam hal fokus sektor pertahanan.
Di bawah kepemimpinan Stoltenberg, NATO mendapatkan relevansi baru. Empat negara bergabung dengan aliansi tersebut, yaitu Montenegro, Makedonia Utara, Finlandia, dan Swedia. Selain itu, pengeluaran pertahanan di antara para anggotanya perlahan juga meningkat.
NATO juga telah berperan dalam koordinasi bantuan dan pelatihan militer bagi Ukraina. Aliansi ini juga memperkuat kapasitasnya dengan lebih dari setengah juta tentara yang siap dikerahkan dalam waktu singkat.
(bbn)