Logo Bloomberg Technoz

Bila diamati lebih mendalam, Agus mengatakan, penurunan pesanan baru yang muncul sebagai hasil survei PMI manufaktur Indonesia pada September 2024 juga ditunjukkan oleh Indeks Kepercayaan Industri (IKI) edisi September 2024 yang baru dirilis Senin (30/9/2024). 

Penurunan pesanan baru terjadi pada subsektor Industri Pengolahan Lainnya yang IKI-nya kontraksi. Subsektor tersebut mengalami penurunan pesanan, baik di luar negeri maupun dalam negeri.

“Sehingga, kebijakan-kebijakan untuk mengendalikan masuknya barang ke Indonesia [alias kebijakan impor] amat diperlukan. Saat ini kita terus berupaya menciptakan permintaan bagi produk dalam negeri, karena demand-nya ada tetapi pasar juga dibanjiri dengan produk impor,” ujarnya.

Selain kebijakan-kebijakan yang diusulkan sebelumnya, Agus juga menegaskan perlunya tindakan afirmatif untuk mendorong penyerapan produk-produk dalam negeri.

Menurutnya, hal itu bisa dilakukan dengan memasukkan produk-produk dalam negeri, khususnya obat-obatan, di program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Selanjutnya, penetapan persyaratan minimum, antara lain di bidang jasa, untuk menggunakan produk-produk dalam negeri.

Masih berkaitan dengan aksi tersebut, Agus juga terus mendorong pelaksanaan business matching antara industri manufaktur dalam negeri dengan para penggunanya, khususnya untuk produk-produk berorientasi ekspor.

Pada Selasa (1/10/2024), S&P Global melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September bernilai  49,2. Naik dibandingkan Agustus yang sebesar 48,9.

Agus mengatakan, ekonomi dunia hingga akhir triwulan III-2024 ini memang masih mengalami perlambatan.

Namun, bila melihat beberapa negara tetangga, PMI manufakturnya menunjukkan kondisi industri yang ekspansi, meskipun mereka mengalami kondisi pasar global yang sama dengan Indonesia.

Ekonomi-ekonomi yang masih berada di level ekspansi misalnya Filipina (53,7), Thailand (50,4), India (56,7), dan Taiwan (50,8).

(dov/wdh)

No more pages