Logo Bloomberg Technoz

"Andil deflasi utamanya disumbang penurunan harga pangan, seperti produk tnaman pangan, hortikultura terutama yang berkaitan dengan cabai merah dan tomat. Juga produk peternakan daging ayam ras, yang sebelumnya hargnaya meningkat sekarang kembali stabil," kata Amalia.

Deflasi, lanjut Amalia, sering terjadi saat masa panen. Pasokan yang melimpah membuat harga di tingkat konsumen untuk turun.

"Penurunan harga ini dipengaruhi mekanisme pembentukan harga di pasar, terutama dari sisi penawaran. Sehingga harga yang diterima konsumen relatif turun karena limpahan pasokan karena panen ataupun turunnya ongkos produksi," tegas Amalia.

Bagaimana dengan gejala penurnan daya beli rakyat? Apakah BPS juga merekam hal tersebut?

"Untuk mengambil kesimpulan ada indikasi daya beli masyarakat menurun harus ada studi lebih lanjut. Sebab, penurunan daya beli tidak bisa hanya dimonitor atau diambil kesimpulan hanya dengan angka inflasi," kata Amalia.

Selain itu, pada September, inflasi inti yang kerap dilihat sebagai salah satu ukuran permintaan dalam ekonomi mencatat kenaikan di 2,09%, tertinggi sejak Agustus 2023.

Inflasi secara tahunan pada September adalah karena kenaikan sebagian besar komponen pengeluaran yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,57%, lalu kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,18%, disusul oleh kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,60%, lalu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 1,08%.

Kelompok kesehatan bahkan masih mencatat inflasi 1,69% dan kelompok transportasi 0,92%. Sedangkan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya mencatat inflasi 1,55%, kelompok pendidikan sebesar 1,94%.

Dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran inflasinya 2,25%. Sementara kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya tercatat inflasi 6,25%. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu: kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,28%.

Manufaktur lesu, PHK tinggi

Kendati BPS menunjuk penyebab deflasi adalah karena penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak karena panen, tapi terjadinya deflasi hingga lima bulan beruntun menuai tanya di tengah kondisi manufaktur terkontraksi lagi untuk bulan ketiga dan gelombang PHK yang masih besar.

S&P Global melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September bernilai  49,2. Sedikit naik dibandingkan Agustus yang sebesar 48,9, namun masih berada di zona kontraksi.

"PMI memberikan sinyal laju kontraksi sedikit lebih melambat," tulis keterangan S&P.

PMI manufaktur Indonesia sudah berada di area kontraksi selama 3 bulan beruntun. 

"Kondisi operasional manufaktur masih menurun pada September, tercermin dari penurunan produksi dan pemesanan baru (new orders).  Inventori di gudang dan barang jadi meningkat. Sementara pelaku industri menurunkan pembelian bahan baku," ungkap S&P.

Pelaku usaha, lanjut keterangan S&P, menilai permintaan masih lemah dan aktivitas klien menurun dibandingkan awal tahun ini. Sedangkan permintaan manufaktur di luar negeri masih menjadi beban. Bisnis ekspor turun 7 bulan beruntun ke posisi terendah sejak November 2022.  Pembelian bahan baku pun menurun, kini sudah 3 bulan beruntun. Jika dimungkinkan, pelaku usaha memilih untuk menggunakan barang yang sudah ada.

Sementara itu, pada kesempatan sebelumnya Kementerian Tenaga Kerja melaporkan jumlah PHK selama Januari-Agustus 2024 mencapai 46.240 orang tenaga kerja. Tenaga kerja ter-PHK paling banyak terdapat di Provinsi Jawa Tengah yaitu sekitar 31,82 persen dari jumlah tenaga kerja ter-PHK yang dilaporkan.

Jumlah PHK selama delapan bulan terakhir tahun ini, naik 23,7% dibanding periode yang sama tahun lalu.

(rui)

No more pages