Logo Bloomberg Technoz

Pertama Sejak 2021 Inflasi RI Kembali di Bawah 2%: Sinyal Bahaya?

Azura Yumna Ramadani Purnama
01 October 2024 12:22

Transaksi di Pasar Tradisional (Dok. Unsplash)
Transaksi di Pasar Tradisional (Dok. Unsplash)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi lagi pada September, menjadi deflasi untuk bulan kelima beruntun. Deflasi pada September tercatat 0,12%, lebih dalam ketimbang bulan sebelumnya dan jauh lebih dalam ketimbang prediksi para ekonom.

Sementara Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tercatat di angka 1,84% year-on-year, menjadi pertama kali sejak Desember 2021 inflasi RI ada di bawah 2%.

"Inflasi September adalah yang terendah sejak Desember 2021 dengan inflasi tahunan sebelumnya pada November 2021 di angka 1,75%," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti, siang ini.

Dengan deflasi bulanan yang masih berlanjut, mendekati rekor terpanjang yang pernah terjadi pada era krisis moneter 1997-1999 silam saat deflasi terjadi tujuh bulan beruntun, menjadi pertanyaan apakah ekonomi RI baik-baik saja? Selain itu, tingkat inflasi tahunan juga turun ke level terendah sejak 2021 ketika ekonomi domestik masih dibekap krisis akibat pandemi Covid-19 yang membuat banyak usaha rakyat gulung tikar.

Deflasi menunjuk pada penurunan harga barang dan jasa secara umum. BPS telah berulangkali menampik terjadinya deflasi yang beruntun adalah karena kemerosotan daya beli masyarakat. Penyebab deflasi yang panjang tahun ini menurut pemerintah lebih karena sisi suplai yang melimpah sehingga harga bergerak turun.