Secara historis, lanjut Amalia, deflasi September adalah yang terdalam untuk bulan yang sama dalam 5 tahun terakhir. Deflasi selama 5 bulan terakhir disumbangkan oleh penurunan harga daging ayam ras.
"Daging ayam ras masuk 5 besar menyumbang deflasi dengan andil 0,02%," ujarnya.
Kelompok makanan-minuman dan tembakau, tambah Amalia, secara umum memang turun. Bahkan deflasi sudah terjadi selama 6 bulan berturut-turut sejak April.
"Tinglat deflasi makanan-minuman dan tembakau September merupakan yang terdalam sejak 2020 dengan deflasi 0,59% dan andil 0,17%," ungkapnya.
Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), demikian Amalia, juga menjadi penyebab deflasi. Sebagai informasi, harga BBM non-subsidi turun pada September.
"Bensin dan solar tingkat deflasinya masing-masing 0,72% dan 0,74%. Penurunan harga bensin menyumbang deflasi dengan andil 0,44%. Tingkat deflasi bensin pada September relatif yang terdalam sejak Desember 2023," terang Amalia.
(aji)