Logo Bloomberg Technoz

Data deflasi September dan turunnya inflasi IHK di bawah 2% untuk pertama kali dalam tiga tahun terakhir, kemungkinan mengerek lebih besar potensi Bank Indonesia untuk memangkas bunga acuan pada RDG Oktober ini.

Meski tadi malam The Fed melempar sinyal hawkish, potensi penurunan bunga The Fed akhir tahun ini masih tersisa.

Manufaktur masih terkontraksi

Data deflasi yang beruntun selama lima bulan beruntun itu seolah menyalakan alarm lebih nyaring terjadinya masalah daya beli di tengah masyarakat.

Kendati BPS menunjuk penyebab deflasi adalah karena penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak karena panen, tapi terjadinya deflasi hingga lima bulan beruntun menuai tanya di tengah kondisi manufaktur terkontraksi lagi untuk bulan ketiga dan gelombang PHK yang masih besar.

S&P Global melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada September bernilai  49,2. Sedikit naik dibandingkan Agustus yang sebesar 48,9, namun masih berada di zona kontraksi.

"PMI memberikan sinyal laju kontraksi sedikit lebih melambat," tulis keterangan S&P.

PMI manufaktur Indonesia sudah berada di area kontraksi selama 3 bulan beruntun. 

"Kondisi operasional manufaktur masih menurun pada September, tercermin dari penurunan produksi dan pemesanan baru (new orders).  Inventori di gudang dan barang jadi meningkat. Sementara pelaku industri menurunkan pembelian bahan baku," ungkap S&P.

Pelaku usaha, lanjut keterangan S&P, menilai permintaan masih lemah dan aktivitas klien menurun dibandingkan awal tahun ini. Sedangkan permintaan manufaktur di luar negeri masih menjadi beban. Bisnis ekspor turun 7 bulan beruntun ke posisi terendah sejak November 2022.  Pembelian bahan baku pun menurun, kini sudah 3 bulan beruntun. Jika dimungkinkan, pelaku usaha memilih untuk menggunakan barang yang sudah ada.

(rui)

No more pages