Logo Bloomberg Technoz

Reaksi Pasar Kala Deflasi Berlanjut & Manufaktur Masih Kontraksi

Tim Riset Bloomberg Technoz
01 October 2024 11:20

Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/6/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)
Layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (24/6/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Indonesia resmi mencatat deflasi dalam lima bulan beruntun, rekor penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) terpanjang sejak era krisis moneter 1998 lalu. Deflasi pada September tercatat sebesar -0,12%, lebih dalam ketimbang prediksi dan lebih curam dibanding bulan sebelumnya.

Alhasil, inflasi IHK pada September secara tahunan tercatat di level di bawah 2%, pertama kalinya dalam hampir tiga tahun terakhir atau terakhir terjadi pada November 2021 lalu ketika perekonomian RI masih terbekap krisis akibat pandemi Covid-19.

Pasar keuangan memperlihatkan reaksi beragam kala data terbaru inflasi diumumkan siang ini. Rupiah masih tertekan di level Rp15.199/US$, melemah 0,39% sejauh ini di tengah mayoritas mata uang Asia yang juga tertekan oleh dolar Amerika, akibat pernyataan bernada hawkish dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell tadi malam

Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan rebound dengan penguatan 0,72% setelah kemarin terperosok hingga turun 2,2%. Di pasar surat utang, yield atau imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) bergerak naik di mayoritas tenor.

Mengacu data Bloomberg, yield SBN-2Y naik yieldnya ke level 6,33%, lalu 5Y juga naik ke 6,21%. Disusul oleh yield SBN-10Y yang naik ke 6,45%.