Meski demikian, harga emas tentu akan mengalami masa konsolidasi. Maklum, kenaikan harganya sudah begitu tinggi, Perlu koreksi sehat agar tidak terjadi gelembung (bubble).
“Kita mungkin akan melihat konsolidasi dalam waktu dekat. Saat ini katalis utama adalah perkembang makro dan kebijakan moneter. Jadi, soal kecepatan penurunan suku bunga acuan mungkin akan menjadi pemicu utama koreksi,” jelas Suki Cooper, Analis Standard Chartered,, seperti diberitakan Bloomberg News.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas masih menghuni zona bullish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 64,09. RSI di atas 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bullish.
Menariknya, indikator Stochastic RSI berada di 13,35. Sudah di bawah 20, yang berarti menjadi sinyal jenuh jual (oversold).
Oleh karena itu, bukan tidak mungkin harga emas masih bisa naik. Dalam waktu dekat, harga emas akan menguji resisten US$ 2.657/troy ons yang merupakan Moving Average (MA) 5.
Kenaikan harga emas bisa ditoleransi sepanjang belum menyentuh pivot point di US$ 2.662/troy ons. Sebab dari sini, harga emas kemungkinan akan bergerak turun menuju target support di rentang US$ 2.634-2.583/troy ons.
(aji)