Logo Bloomberg Technoz

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan, kepada kru tank yang dikerahkan di sepanjang perbatasan hari Senin bahwa pembunuhan Nasrallah bukanlah langkah terakhir dalam perang melawan Hizbullah dan bahwa “kami akan mengerahkan semua kemampuan yang kami miliki.” 

Pasukan Pertahanan Israel juga menyatakan tiga daerah di Israel utara - Metula, Misgav Am dan Kfar Giladi - sebagai “zona militer tertutup,” sebuah tanda lain dari potensi operasi. Sementara itu, kantor berita pemerintah Lebanon, NNA, melaporkan terjadinya penembakan artileri Israel di seberang perbatasan.

Netanyahu mengatakan bahwa tujuan menghancurkan Hizbullah adalah untuk mengakhiri serangan roket dari kelompok yang didukung Iran tersebut, yang telah memaksa puluhan ribu warga Israel mengungsi dari rumah-rumah mereka di Israel utara. Eksodus serupa telah terlihat di Lebanon selatan di tengah pembalasan Israel. 

Meski sebagian besar pimpinan senior Hizbullah telah terbunuh dan sebagian besar persenjataannya dihancurkan, para pejabat Israel mengatakan, kelompok ini masih memiliki kemampuan yang cukup besar untuk menimbulkan kerugian bagi pasukan Israel dan menembakkan rudal-rudal ke seberang perbatasan.

Wakil Nasrallah, Naim Qassem, mengatakan kelompok tersebut tetap siap untuk bertempur di lapangan. 

Moshe Davidovich, seorang perwakilan komunitas Israel di ujung barat wilayah perbatasan dengan Lebanon, mengatakan bahwa ia telah menghadiri pertemuan di mana Gallant bersumpah untuk menyingkirkan segala ancaman dari Hizbullah sejauh enam mil (10 kilometer) dari perbatasan.

“Kami menerima janji bahwa IDF akan melakukan semua yang diperlukan untuk membersihkan semua sarang teroris yang mengancam perbatasan utara Israel, komunitas kami yang telah dievakuasi,” kata Davidovich kepada Channel 12. 

Pejabat AS, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa pemerintahan Biden khawatir militer Israel akan bertindak melampaui batas. 

Ketika ditanya pada Senin pagi apakah Gedung Putih mengetahui kemungkinan serangan Israel, Presiden Joe Biden kembali menyerukan penghentian pertempuran.

“Saya lebih tahu dari pada yang Anda ketahui dan saya merasa nyaman dengan penghentian itu,” kata Biden. “Kita harus melakukan gencatan senjata sekarang.”

Pemerintahan Biden telah gagal beberapa kali untuk membatasi dan membentuk respon militer Israel sejak 7 Oktober, ketika Hamas di Gaza menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik lebih dari 200 orang di Israel selatan. Hizbullah memulai serangan roketnya keesokan harinya dan bersumpah untuk melanjutkannya hingga Israel mengakhiri serangannya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 40.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. 

Baik Hizbullah maupun Hamas didukung oleh Iran, yang menurut Netanyahu merupakan ancaman terbesar Israel. 

Para pejabat AS sebelumnya telah memperingatkan Israel untuk tidak melakukan invasi skala penuh ke Gaza dan pada satu titik dalam perang tersebut, AS menahan pengiriman bom seberat 2.000 pon karena khawatir akan penggunaannya terhadap warga sipil. Militer Israel juga kemudian merebut penyeberangan perbatasan Rafah dengan Mesir dan akhirnya menempatkan pasukan di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza, sebuah langkah yang memperumit gencatan senjata yang selama ini diupayakan oleh pemerintah. 

“Kami tidak ingin melihat infrastruktur sipil menjadi sasaran” di Lebanon, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller pada hari Senin di Washington, dan menambahkan bahwa sasaran-sasaran Hizbullah atau infrastruktur kelompok tersebut adalah sah. 

Sementara itu, AS mengerahkan “beberapa ribu” tentara tambahan ke Timur Tengah untuk memperkuat pertahanannya terhadap Israel dan menghalangi respon Iran, kata Pentagon. 

(bbn)

No more pages