Harga minyak mentah tetap lebih rendah tahun ini karena ketegangan yang meningkat di Timur Tengah sejauh ini gagal menjadi konfrontasi habis-habisan—yang dapat mengancam pasokan minyak dari wilayah tersebut.
Pada saat yang sama, produksi global terpantau cukup, dengan OPEC+ berencana melonggarkan pembatasan produksi. Perlambatan China telah memengaruhi permintaan, meskipun Beijing baru-baru ini menambahkan stimulus.
“Tool kami menunjukkan bahwa premi risiko geopolitik pada harga minyak masih terbatas. Pasar kemungkinan bergeser dari keseimbangan di mana OPEC mendukung keseimbangan spot dan mengurangi volatilitas ke keseimbangan jangka panjang yang berfokus pada strategi mendisiplinkan pasokan non-OPEC dan mendukung kohesi kelompok tersebut,” tulis para analis Goldman Sachs, termasuk Daan Struyven, dalam sebuah laporan.
Kenaikan awal minyak pada sesi pembukaan minggu ini terjadi karena inisiatif Beijing guna mendorong pertumbuhan, sehingga membantu komoditas industri lainnya lebih tinggi, termasuk minyak mentah, tembaga dan bijih besi.
Sejak pecahnya perang di Gaza hampir setahun yang lalu, para trader minyak telah bersiaga menghadapi gangguan pasokan, terutama pada saat-saat meningkatnya gesekan antara Israel dan Iran.
Sementara serangan Houthi di Laut Merah telah memaksa beberapa kapal tanker mengelilingi Afrika bagian selatan - memperpanjang perjalanan - produksi minyak mentah dari wilayah tersebut sebagian besar tidak mengalami gangguan.
“Beberapa pelaku pasar akan melihat eskalasi ini mengingat bahwa masih belum ada gangguan pasokan fisik yang besar dan Iran belum menunjukkan keinginan untuk memasuki konflik yang sudah berlangsung hampir setahun ini,” kata analis RBC Capital Markets LLC, termasuk Helima Croft, dalam sebuah catatan.
“Meski demikian, sangat sulit untuk melihat ke mana arah konflik regional ini, dan apakah ini adalah awal dari akhir, atau akhir dari awal.”
(bbn)