Analis Panin Sekuritas memaparkan dalam riset hariannya, pelemahan IHSG didominasi oleh aksi ambil untung investor asing yang berotasi ke pasar modal Asia Timur, dalam hal ini China, karena stimulus pemerintah China untuk perbaikan Ekonomi di negerinya.
“Di sisi lain, investor tengah menanti rilis data inflasi Indonesia periode September yang akan keluar Selasa besok (1/10/2024). Adapun data inflasi diprediksi akan kembali deflasi didorong oleh masih berlanjutnya penurunan daya beli dan PMI Manufaktur yang terkontraksi pada Agustus-September ini,” terangnya.
Senada dengan itu, Analis Phintraco Sekuritas juga mencermati IHSG ada indikasi ambil untung, peningkatan appetite pasar terhadap pasar modal Asia Timur turut menekan IHSG sejalan dengan net sell investor asing yang signifikan dalam beberapa hari perdagangan.
Analis MNC Sekuritas turut mengkonfirmasi akan hal itu, “Pelemahan sejalan dengan stimulus agresif China sehingga arus modal asing mulai shifting ke negara tersebut,” dalam catatannya IHSG Flash Note di Jumat pekan lalu kala stimulus China mulai gencar.
Selain itu investor juga melakukan ambil untung setelah IHSG menyentuh level All Time High (ATH), yang juga didukung oleh Rupiah yang terapresiasi amat baik hingga menyentuh Rp15.080/US$ sekaligus merupakan level penutupan terkuat sejak Juli 2023 yang lalu.
Usai IHSG pecah rekor ATH, China mulai gencar meluncurkan serangkaian langkah stimulus Ekonomi pada pekan yang sama, mencakup pelonggaran moneter hingga dukungan pasar properti yang sedang terpuruk. Strategi prospektif ini mencerminkan adanya rasa urgensi di Beijing untuk menjaga pertumbuhan ekonomi tetap sesuai target, 5%, sekaligus memulihkan sentimen pasar.
Berikut beberapa langkah utama yang telah diumumkan, serta kebijakan yang mungkin akan datang, seperti halnya pemotongan suku bunga, Bank Sentral China juga memotong Giro Wajib Minimum bagi bank, dukungan untuk pasar properti, injeksi modal untuk bank besar, dan juga obligasi kedaulatan khusus.
Yang jadi menarik juga perhatian investor, Pemerintah China dan otoritas terkait juga memberikan dukungan untuk pasar saham, guna mendukung kebangkitan kepercayaan investor global terhadap Ekonomi China.
Sebagai contoh, kucuran fasilitas swap untuk memungkinkan perusahaan sekuritas, dana, dan perusahaan asuransi mengakses dana dari Bank Sentral untuk membeli saham, fasilitas pinjaman ulang untuk membantu perusahaan yang terdaftar membeli kembali saham (Buyback Saham). Juga kemungkinan kucuran dana stabilisasi.
Namun memang, di sisi lain hal ini berdampak negatif terhadap pasar saham Indonesia, di mana adanya potensi inflow ke Bursa Saham China dibandingkan ke pasar saham RI.
Sebagaimana mengutip riset Analis Panin Sekuritas, “Namun, di sisi lain hal ini juga berdampak negatif bagi pasar ekuitas Indonesia, di mana potensi adanya peningkatan rating untuk pasar saham Shanghai sangat terbuka dan dapat mendorong derasnya inflow ke sana dibandingkan ke pasar ekuitas Indonesia.”
Hingga tutup perdagangan, Pada Senin 30 September 2024, Bursa Saham China kompak bergerak melesat di zona hijau dengan optimisme amat tinggi. Shenzhen Comp. China misalnya, melonjak mencapai 10,9%, CSI 300 Saham China melesat 8,48%, dan Shanghai Comp. menguat 8,06%.
Begitu juga dengan pencapaian Hang Seng Hong Kong pada tutup dagang, dengan kenaikan 2,43% point-to-point.
Sedang, berseberangan jauh dengan Bursa Saham China, IHSG justru ditutup ambles 2,2% usai tertekan 168,98 poin pada penutupan perdagangan, dan menutup hari di posisi 7.527,92.
(fad/wep)