Logo Bloomberg Technoz

"[Dengan demikian] pemerintah harus lincah menjemput bola, apalagi sebagain bahan baku baja, sumber energi [batu bara] dan sebagian pasar penting, ada di Indonesia," jelasnya.

Menurut Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) menyitir dari data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk baja pada semester I-2024 mengalami peningkatan sebesar 38,3% dari 3,81 juta ton menjadi 5,27 juta ton secara tahunan pada periode yang sama atau secara year on year (yoy).

Dari sisi impor, disebut pula terjadi perkembangan positif di mana volume impor produk baja turun dari 3,91 menjadi 3,51 juta ton atau turun sebesar 10,2% (yoy) pada rentang yang sama.

Ada Ancaman

Di sisi lain, Wijayanto menekankan masuknya produk baja murah dari China yang tersisa juga masih bisa menjadi ancaman jika tidak diatur dengan baik. Untuk itu, para pelaku industri baja nasional harus menghadapi situasi ini dengan mempersiapkan diri untuk meningkatkan kapasitas produksi dan menjaga stabilitas pasokan.

Berdasarkan negara tujuan menurut data BPS per 13 Maret 2024, impor besi baja RI tertinggi berasal dari China dengan total volume selama kurang lebih 4 tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Impor baja dari China mencapai 1,83 juta ton pada 2020; 2,51 juta ton pada 2021; 2,71 juta ton pada 2022; dan 3,71 juta ton pada 2023.

Dengan demikian, Wijayanto menekankan kombinasi kebijakan yang tepat dan kesiapan industri baja nasional akan menentukan seberapa besar Indonesia bisa memanfaatkan krisis baja di China untuk memperkuat sektor industri baja dalam negeri.

"Jadi, pembatasan impor [solusi jangka pendek] dan menarik investasi [solusi jangka panjang] perlu dibahas sebagai satu paket yang tidak terpisah, supaya posisi tawar kita lebih baik," tegasnya. 

Permintaan pabrikan baja China turun./dok. Bloomberg

Sebagai catatan, Bloomberg Intelligence (BI) belum lama ini menilai krisis baja China tengah menuju gelombang kebangkrutan dan mempercepat konsolidasi industri yang sangat dibutuhkan.

Hampir tiga perempat dari produsen baja di negara itu mengalami kerugian di paruh pertama dan kebangkrutan kemungkinan besar akan terjadi pada banyak di antaranya, Michelle Leung, analis senior di BI, mengatakan dalam catatannya.

Xinjiang Ba Yi Iron & Steel Co, Gansu Jiu Steel Group dan Anyang Iron & Steel Group Co menghadapi risiko tertinggi, dan dapat menjadi target akuisisi potensial.

Gelombang konsolidasi akan membantu Beijing mendorong lebih banyak konsentrasi pada industri bajanya, ujar BI. Pemerintah ingin lima perusahaan teratas menguasai 40% pasar pada 2025 dan 10 perusahaan teratas menguasai 60%.

Target-target ini terlihat "dapat dicapai," meskipun China masih akan berada jauh di belakang Korea Selatan dan Jepang dalam hal ini, kata Leung.

(prc/wdh)

No more pages