Pada hari-hari selanjutnya tetap muncul peringatan yang ditujukkan untuk penduduk Israel karena akan hadir tantangan signifikan.
Pejabat Israel yabg tidak mau diungkap identitasnya menyatakan kehilangan pemimpin membuat Hizbullah memasuki krisis. Kelompok yang didukung Iran ini diyakini memerlukan waktu untuk melakukan pembalasan.
Namun militer Israel tetap siap dan mengharapkan pembalasan sedini Sabtu malam dan mempersiapkan kemungkinan operasi darat di Lebanon.
Michael Morell, mantan penjabat direktur Central Intelligence Agency (CIA) menilai kekuatan Hizbullah belum mampu perlawanan dari Israel dan Amerika.
“Sekarang pilar pencegahan kedua Iran - Hizbullah - sedang dihancurkan di depan matanya. Apa yang tersisa bagi mereka? Di manakah Iran akan menemukan penangkal? Mungkin mereka akan mencarinya dalam akuisisi senjata nuklir,” jelas Morell.
Critical Threats Project (CTP) and the Institute for the Study of War (ISW), lembaga think tank bidang pertahanan menyatakan bahwa kematian Nasrallah telah memperburuk “kekacauan internal kelompok tersebut”, dilansir Aljazeera.
Sebuah situasi yang terjadi tidak lama setelah Israel menimbulkan korban jiwa dengan meledakkan ribuan pager Hizbullah dan perangkat komunikasi lainnya.
Penyerangan udara di Beirut selatan terjadi dan merupakan salah satu yang paling dramatis. Apa yang terjadi mulai Jumat membuat proksi Iran - Hizbullah diklaim melemah.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengobarkan perjuangan ‘jangan berhenti’ meski Hassan Nasrallah dalam sebuah unggahan di media sosial X (dulu bernama Twitter). Namun disinyalir Iran tidak reaktif untuk membalas.
Presiden Masoud Pezeshkian bahkan tidak menjanjikan serangan langsung dan segera terhadap Israel - dan dalam debut internasionalnya di PBB, ia menunjukkan sikap yang relatif terkendali.
AS mengatakan bahwa mereka meningkatkan kehadiran militernya yang sudah cukup besar di wilayah tersebut, sebuah sinyal yang jelas bagi Teheran tentang risiko bereaksi terlalu agresif.
Andai saja Teheran marah kepada Israel karena kurangnya peringatan akan serangan tersebut, para pejabat AS tidak menyesal melihat kematian Nasrallah dan kemunduran Hizbullah, yang telah menewaskan ratusan orang Amerika dalam empat dekade sejarahnya, dikutip dari Bloomberg News, Minggu (29/9/2024).
(wep)