“Kita perlu berhati-hati. Memang betul ada fenomena penurunan dari beli, ada fenomena makan tabungan, betul. Tapi ada segmen-segmen kelas masyarakat yang lainnya yang masih tetap growing,” tuturnya.
Penurunan kinerja industri manufaktur tersebut, kata Josua, berdampak besar terhadap masyarakat. Pasalnya, Pemutusan Hak Kerja (PHK) cukup marak akhir-akhir ini turut menyebabkan proporsi pekerja informal meningkat.
“Tapi juga tadi ada ketergantungan kita pada [ekspor berbasis] komoditas pun itu sebenarnya menjadi salah satu faktor juga yang membuat kita makin banyak yang bekerja di sektor informal,” kata Josua.
Sebelumnya, Josua memprediksi Indeks Harga Konsumen (IHK) September 2024 terjadi deflasi -0,04% (month-to-month/mtm), sedangkan secara tahunan IHK September diramal sebesar 1,92% (year-on-year/yoy).
Sementara inflasi inti, Josua memprediksi terjadi sebesar 0,17% (mtm) dan 2,04% (mtm) pada September 2024.
Josua menjelaskan, deflasi yang diprediksi terjadi pada September tersebut disebabkan oleh penurunan harga komoditas pangan yang masih terus terjadi.
“Jadi, ini kembali lagi bahwa saya melihat memang masih ada beberapa komoditas yang harga pangan itu masih turun. Jadi, kita nggak bisa menyimpulkan bahwa deflasi ini adalah, selalu merupakan penurunan daya beli. Karena inflasi itu ada dua sisi, permintaan dan juga supply-nya,” kata Josua ketika ditemui awak media di Serang, Banten, dikutip Sabtu (27/9/2024).
(azr/lav)