Logo Bloomberg Technoz

Deflasi Beruntun: Daya Beli Turun, Pola Belanja Juga Berubah

Azura Yumna Ramadani Purnama
28 September 2024 10:00

Suasana penjualan sayur dan cabai di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)
Suasana penjualan sayur dan cabai di Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/4/2023). (Bloomberg Technoz/ Andrean Kristianto)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Ekonom menilai fenomena deflasi beruntun, yang berpotensi terjadi kembali pada pada September 2024, tidak hanya karena penurunan daya beli. Ini bisa saja disebabkan oleh perubahan pola belanja masyarakat, terutama golongan muda. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut, generasi milenial kini kerap memprioritaskan belanja untuk pengeluaran tersier, salah satunya untuk membeli tingkat pertunjukan musik atau konser. Jadi, deflasi tidak bisa serta merta disimpulkan terjadi karena penurunan daya beli.

“Itu faktual, tidak bisa kita pungkiri. Kemarin kita lihat aja konser terakhir di JIS itu, sampai jam 3 pagi baru keluar kan? Kita ga bisa simpulkan semuanya daya beli masyarakat penurunan, sedangkan orang nonton konser aja berjubel-jubel gitu,” tutur Josua ketika ditemui awak media di Serang, Banten, dikutip Sabtu (28/9/2024).

Meski demikian, ia tak menampik terdapat fenomena makan tabungan atau penurunan dana tabungan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Selain itu, indikator produktivitas industri manufaktur yakni PMI Manufaktur juga tengah terkontraksi pada Agustus - September ini.