Sejumlah saham mencatat kenaikan luar biasa dan menjadi top gainers. Di antaranya adalah PT Indah Prakasa Sentosa Tbk (INPS) yang melonjak 34,5%, PT Tira Austenite Tbk (TIRA) dan PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) melesat masing-masing 25% dan 24,4% serta PT Pyridam Farma Tbk (PYFA) bertambah 23,6%.
Sedangkan sejumlah saham yang melemah dan menjadi top losers di antaranya PT Aman Agrindo Tbk (GULA) yang anjlok 14,8%, PT Teknologi Karya Digital Nusa Tbk (TRON) jatuh 11%, dan PT Green Power Group Tbk (LABA) ambruk 9,82%.
IHSG menjadi sekian dari Bursa Asia yang menetap di zona merah, index Kospi (Korea Selatan), KLCI (Malaysia), PSEI (Filipina), SETI (Thailand), SENSEX (India), Straits Times (Singapura), TW Weighted Index (Taiwan), dan Ho Chi Minh Stock Index (Vietnam), yang melemah dan tertekan masing-masing mencapai 0,82%, 0,67%, 0,41%, 0,34%, 0,31%, 0,25%, 0,16%, 0,04%
Dengan demikian, IHSG adalah indeks dengan pelemahan terdalam ketiga di Asia, bersaing dengan saham Malaysia, dan Korea Selatan.
Sementara Bursa Saham Asia lainnya berhasil menutup hari di zona hijau i.a Shenzhen Comp. (China), CSI 300 (China), Hang Seng (Hong Kong), Shanghai Composite (China), Nikkei 225 (Tokyo), dan Topix (Jepang), yang menguat 6,05%, 4,47%, 3,55%, 2,88%, 2,32%, dan 0,73%.
Dari regional, investor di Asia terutama China secara umum mengambil sikap menanti rincian lebih lanjut tentang berbagai langkah stimulus dari Pemerintah China menjelang liburan selama seminggu serta kumpulan katalis berikutnya.
Presiden Xi Jinping dan para pemimpin tinggi di China menyerukan peningkatan pengeluaran fiskal, langkah-langkah untuk menstabilkan pasar properti, dan pemotongan suku bunga yang lebih agresif ke depan. Strategi ini mencerminkan urgensi Pemerintah untuk menghentikan perlambatan Ekonomi China yang terus melambat.
Dalam pertemuan Politbiro yang dihadiri 24 anggota, seperti yang diwartakan Bloomberg News, China berkomitmen untuk mencapai target ekonomi tahunan. Menurut laporan terbaru Xinhua pada Kamis (26/9/2024), Pemerintah akan mengambil tindakan lebih tegas untuk menahan penurunan pasar properti, yang selama ini menjadi salah satu faktor terbesar yang menekan ekonomi.
Di tengah-tengah sentimen stimulus China, investor juga menanti data penting inflasi PCE Amerika Serikat (Personal Consumption Expenditures) nanti malam yang juga merupakan inflasi pilihan Bank Sentral AS.
Konsensus pasar yang dihimpun oleh Bloomberg sejauh ini memperkirakan pengeluaran pribadi diprediksi melambat dengan kenaikan ‘Hanya’ 0,3% dari sebelumnya mencapai 0,5% pada Juli.
Sehingga angka ril Personal Spending AS diperkirakan hanya akan ada kenaikan 0,1% dari bulan sebelumnya 0,4%.
Adapun angka inflasi PCE diprediksi melambat di angka 0,1% month-to-month/mtm, dibandingkan dari sebelumnya 0,2% pada Juli.
Dalam hitungan tahunan, inflasi PCE diramal juga melambat 2,3% pada Agustus dibandingkan dengan 2,5% di periode sebelumnya.
Sementara itu, pada catatan inflasi inti PCE diprediksi akan tetap di angka 0,2% month-to-month/mtm. Secara tahunan, inflasi inti PCE diperkirakan akan ada kenaikan mencapai 2,7% dibandingkan dengan sebelumnya di 2,6% pada Juli.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (Menkeu AS) Janet Yellen mengatakan, inflasi berada di jalur yang tepat menuju target 2% Federal Reserve. Ia pun berharap pasar tenaga kerja akan stabil ketika para pembuat kebijakan memangkas suku bunga acuan.
Ditanya pada Kamis (26/9/2024) dalam wawancara dengan CNBC apakah ia melihat inflasi AS sudah cukup terkendali, Yellen menjawab, “Ya.”
Dia juga mengantisipasi biaya perumahan—komponen terbesar dari kenaikan biaya untuk beberapa waktu sekarang—akan turun, yang memungkinkan inflasi 2%.
“Mudah-mudahan, situasi tenaga kerja akan stabil ketika The Fed bertindak di sisi kebijakan moneter,” katanya.
(fad/frg)