Pyongyang memiliki kebiasaan mengatur waktu provokasinya bertepatan dengan peristiwa politik besar untuk meningkatkan profilnya. Kim mengadakan tiga pertemuan tatap muka dengan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, ketika dia masih menjabat sebagai presiden.
Trump menggembar-gemborkan kedekatannya dengan Kim saat berbicara di Konvensi Nasional Partai Republik pada Juli. Dia mengatakan, "saya rasa dia merindukan saya, jika Anda ingin tahu yang sebenarnya."
Namun, media pemerintah Kim menolak komentar tersebut, dengan mengatakan "kami tidak peduli" dan memperingatkan bahwa persenjataan nuklirnya siap menghadapi pemimpin AS manapun.
Komentar di Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) mengatakan bahwa hubungan pribadi dan diplomasi harus dipisahkan, dan bahwa mereka tidak melihat AS akan menjatuhkan kebijakan permusuhan terhadap Pyongyang terlepas dari siapa pun yang berada di Gedung Putih.
Kim telah lama mengatakan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk melepaskan persenjataan nuklirnya. Rezimnya mengirim pesan kepada Washington tentang kemajuannya dengan merilis foto-foto fasilitas pengayaan uranium untuk bom atom pada bulan ini.
Foto-foto tersebut menunjukkan pabrik klandestin yang merupakan bagian dari program yang telah menjadi titik perselisihan dengan AS selama lebih dari 20 tahun.
Menteri Pertahanan Korsel saat itu, Shin Wonsik, mengatakan dalam wawancara dengan Bloomberg pada Juli bahwa Korut telah menyelesaikan persiapan uji coba nuklir dan akan melakukan uji coba nuklir jika ada keputusan politik yang diambil.
Korut diperkirakan memiliki sekitar 80 hingga 90 hulu ledak, demikian ungkap Korea Institute for Defense Analysis yang berbasis di Seoul dalam makalah yang dirilis pada Januari 2023, seraya menambahkan bahwa Kim ingin memiliki antara 100 hingga 300 hulu ledak dalam jangka panjang.
Tahun lalu, Korut merilis foto-foto Kim yang sedang memeriksa pajangan hulu ledak terbesar di negara itu sejak ia berkuasa sekitar belasan tahun lalu, yang menunjukkan Pyongyang telah membuat kemajuan dalam miniaturisasi senjata.
Hal ini bisa mengarah pada pengujian untuk memverifikasi kemampuan bom terbarunya yang dirancang untuk digunakan pada berbagai sistem pengiriman, demikian ungkap Open Nuclear Network dalam laporan pada Juni 2023.
Kim tidak mungkin menghadapi sanksi global baru untuk menghukumnya karena uji coba tersebut karena ia telah mendekatkan diri dengan Rusia, yang dapat menggunakan hak vetonya di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mencegah tindakan baru apa pun.
Kim telah memperkuat tangannya dengan memasok amunisi dan rudal balistik kepada Presiden Vladimir Putin untuk perangnya di Ukraina.
Sebagai imbalannya, Presiden Rusia dicurigai mengirimkan bantuan untuk menopang ekonomi dan militer Korut, sehingga meningkatkan ancamannya terhadap wilayah tersebut. Pyongyang dan Moskow telah membantah tuduhan tersebut.
Namun, Washington, Tokyo, dan Seoul telah menjanjikan tanggapan terkoordinasi jika Pyongyang meledakkan perangkat atom, yang juga akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
(bbn)