Logo Bloomberg Technoz

Smelter Nikel RI Diminta Tinggalkan PLTU Batu Bara, Apa Bisa?

Dovana Hasiana
27 September 2024 12:00

Pekerja mengawasi aliran logam cair panas hasil tambang nikel saat mengalir dari tungku di Norilsk, Rusia. (Andrey Rudakov/Bloomberg)
Pekerja mengawasi aliran logam cair panas hasil tambang nikel saat mengalir dari tungku di Norilsk, Rusia. (Andrey Rudakov/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) menilai peralihan penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara menjadi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pada pabrik pemurnian atau smelter di Indonesia sulit dilakukan.

Anggota Dewan Penasehat Pertambangan APNI Djoko Widajatno menggarisbawahi smelter acapkali disebut 'rakus energi' karena membutuhkan energi yang besar, yakni mencapai 400 megawatt (MW) untuk single line.

Sementara itu, PLTS membutuhkan lahan yang sangat luas untuk bisa menghasilkan energi yang besar.  

“Kalau PLTS Cirata sekian hektare [ha] cuma 3,5 MW, kalau 3,5 MW butuh 400 ha. Jadi, 400 ha kali 3 [MW] berapa? Nah, apakah mungkin?,” ujar Djoko saat ditemui di Jakarta Pusat, dikutip Jumat (27/9/2024).

Smelter nikel./Bloomberg- Cole Burston

Sebagai gambaran, PLTS terapung Cirata saja memiliki kapasitas 145 MW Ac atau setara 192 MWp yang menempati area waduk seluas 200 ha.