Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pasar Wall Street semalam sangat bergairah setelah menyoroti Ekonomi AS yang tangguh, data yang direvisi menunjukkan Ekonomi AS keluar dari pandemi dalam kondisi yang lebih baik dari yang diperkirakan sebelumnya.
Didorong oleh pertumbuhan yang lebih besar dari gerakan dan hasrat konsumen, menurut data Pemerintah yang telah direvisi.
Pembaruan tahunan yang komprehensif dari Biro Analisis Ekonomi mencerminkan adanya peningkatan rata-rata 5,5% yang disesuaikan dengan inflasi pada Produk Domestik Bruto (PDB) dari kuartal kedua 2020 hingga 2023.
Angka revisi tersebut dibandingkan dengan kenaikan 5,1% yang dipublikasikan sebelumnya. Revisi tersebut menemukan bahwa Ekonomi AS tumbuh mencapai US$294,2 miliar lebih tinggi dalam lima tahun pada 2023 daripada yang dilaporkan sebelumnya.
Angka-angka Pemerintah juga menunjukkan revisi ke atas untuk pendapatan domestik bruto 2023, atau pendapatan yang dihasilkan dan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang dan jasa.
“Kami pikir ada potensi bahwa data ekonomi akan lebih tangguh, terutama pada lapangan kerja, daripada yang diharapkan pasar,” papar Peter Tchir, Kepala Strategi Makro di Academy Securities.
Selanjutnya, pasar hari ini akan mencermati pada rilis data inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) yang akan dirilis nanti malam.
Stimulus China
Dari regional Asia, investor juga sedang menunggu rincian lebih lanjut tentang langkah-langkah stimulus China, serta kumpulan berbagai katalis berikutnya.
“Langkah-langkah stimulus yang lebih besar dari China dan pasar menilai siklus pelonggaran The Fed yang agresif, sementara Ekonomi AS kuat, menjadi pertanda baik untuk aset-aset berisiko,” Elias Haddad, ahli strategi di Brown Brothers Harriman, menulis dalam catatannya.
Janji-janji dari para pemimpin tertinggi China untuk lebih banyak pengeluaran fiskal, sebagai langkah untuk menstabilkan pasar properti dan penurunan suku bunga yang ‘Kuat’, yang menandakan urgensi yang lebih besar untuk membendung perlambatan lebih lanjut.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, Bursa Asia menguat didorong oleh berita pengumuman paket stimulus fiskal oleh Pemerintah China setelah mengumumkan paket stimulus moneter di awal minggu ini.
“Pernyataan resmi dari pertemuan tersebut mengatakan China akan mengeluarkan belanja fiskal yang diperlukan untuk memenuhi target pertumbuhan ekonomi sekitar 5% di tahun ini,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Pengumuman stimulus fiskal ini telah membangkitkan risk appetite atau keberanian investor dalam berinvestasi di asset-aset berisiko tinggi seperti saham dan membuat prospek berbagai industri yang mempunyai eksposur terhadap ekonomi China semakin cerah
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG menguat 0,05% ke 7.744 dan masih disertai oleh volume penjualan, pergerakannya pun masih berada di bawah MA-20.
“Apabila IHSG belum berhasil break dari 7.810 dan 7.910 sebagai area resistance terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave [ii] dari wave 3 atau bagian dari wave 4 dari wave (3) ada label merah,” papar Herditya dalam risetnya pada Jumat (27/9/2024).
Herditya juga memberikan catatan, berarti, terdapat peluang IHSG melanjutkan koreksinya untuk menguji 7.454-7.562.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, CMRY, ISAT, MARK, dan BMRI.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, konsolidasi IHSG turut dipengaruhi rally signifikan yang dicatatkan oleh bursa-bursa regional, khususnya di Asia Timur. Seiringan dengan 'Perang' stimulus untuk menarik dana investor.
“IHSG diperkirakan mempertahankan posisinya di atas 7.730 sampai dengan penguatan terbatas ke kisaran 7.780 di Jumat (27/9),” tulisnya.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi SRTG, ASII, PWON, EXCL, ADRO, dan BBTN.
(fad/aji)