Xinjiang Ba Yi Iron & Steel Co, Gansu Jiu Steel Group dan Anyang Iron & Steel Group Co menghadapi risiko tertinggi, dan dapat menjadi target akuisisi potensial.
Gelombang konsolidasi akan membantu Beijing mendorong lebih banyak konsentrasi pada industri bajanya, ujar BI. Pemerintah ingin lima perusahaan teratas menguasai 40% pasar pada 2025 dan 10 perusahaan teratas menguasai 60%.
Target-target ini terlihat "dapat dicapai," meskipun China masih akan berada jauh di belakang Korea Selatan dan Jepang dalam hal ini, kata Leung.
Krisis properti yang berkepanjangan di China dan pertumbuhan ekonomi yang lesu sedang membentuk kembali industri baja yang sangat besar di negara ini.
Perlu diingat, bahwa industri baja merupakan salah satu konsumen batu bara utama. Sebab, industri baja sangat padat energi.
Dan China adalah konsumen batu bara terbesar dunia. Jadi saat ada hal yang bisa mengganggu konsumsi batu bara, maka akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.
Prospek Batu Bara RI
Analis Algo Research Alvin Baramuli menilai, prospek sektor batu bara RI masih tetap positif meski ada sentimen dari China.
"Dalam satu tahun terakhir, rata-rata ekspor batu bara setiap bulan sekitar US$2,5 miliar, menyiratkan angka tahunan sebesar $30 miliar dan berkontribusi terhadap 12%-15% dari total ekspor di Indonesia," ujar Alvin Baramuli.
Itu berarti bahwa sektor batu bara tetap menjadi salah satu mesin terbesar bagi pertumbuhan ekspor Indonesia, berada di posisi kedua setelah produk logam dasar.
Saat ini, harga batu bara diperdagangkan di kisaran US$130-US$150/ton, lebih rendah dari US$400/ton pada tahun 2022 ketika perang Rusia-Ukraina pertama kalinya terjadi.
Meski demikian, harga tersebut masih jauh lebih tinggi dari rata-rata $80/ton pada tahun 2017-2019.
Bahkan, keseimbangan harga baru ini terjadi ketika banyak negara barat yang menutup pembangkit listrik tenaga batu bara dan melemahnya ekonomi Tiongkok, sehingga hanya menyisakan permintaan dari negara-negara berkembang seperti India atau ASEAN.
"Pasokan baru batu bara juga tidak mungkin meningkat, sehingga kisaran harga baru ini kemungkinan besar bisa menjadi normal baru yang seharusnya disambut positif oleh para pemain yang ada," jelas Alvin.
Analisis Teknikal
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), batu bara tertahan di zona bearish. Terbukti dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 44,2. RSI di bawah 50 mengindikasikan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Menariknya, indikator Stochastic RSI sudah berada di 91,56. Sudah di atas 80, yang berarti tergolong jenuh beli (overbought).
Saat ini harga batu bara sudah berada di pivot point US$ 139/ton. Dari sini, target support terdekat adalah US$ 138-135/ton.
Sedangkan target resisten terdekat ada di US$ 140-141/ton.
(aji)