Bloomberg Technoz, Jakarta - Pandemi Covid-19 belum berakhir. Sejumlah negara mulai mencatat peningkatan jumlah kasus positif dalam beberapa pekan terakhir, termasuk Indonesia. Beberapa di antaranya mengkonfirmasi terjadi lonjakan kasus positif karena penularan sub varian Omicron XBB 1.16 atau Arcturus
Kementerian Kesehatan pun telah mengumumkan ada tujuh pasien positif Covid-19 yang terinfeksi sub varian Arcturus. Berdasarkan lokasi pasien, sebanyak lima orang berada di wilayah Jakarta dan dua orang di Surabaya, Jawa Timur.
Sejumlah pihak pun mulai mengkhawatirkan peningkatan kasus positif akan lebih tinggi lagi. Berdasarkan organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO), Arcturus pun menjadi varian virus Corona paling cepat menular.
"Bisa 1,2 kali lipat lebih tinggi dari varian Omicron sebelumnya. Jadi cukup membahayakan," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Ngabila Salama saat dihubungi Bloomberg Technoz, Kamis (20/4/2023).
Menurut dia, pasien Arcturus bisa dikenali karena kerap memiliki gejalan khusus seperti mata merah, belekan atau kotoran mata, dan mata perih. Infeksi varian ini juga seperti gejala Covid-19 pada umumnya juga menyebabkan pasien mengalami batuk, pilek, nyeri tenggorokan dan demam.
"Jangan panik, tingkatkan kewaspadaan. Arcturus adalah XBB.1.16 merupakan turunan Omicron,” ungkap dia.
Ngabila mengatakan, lima pasien Arcturus di Jakarta terdiri dari satu orang yang memiliki catatan perjalanan dari India, dan empat lainnya transmisi lokal atau penularan di dalam negeri. India sendiri memang tercatat sebagai asal sub varian Arcturus yang kemudian menyebar ke 29 negara termasuk Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Australia.
"Empat [pasien] sudah sembuh, satu lagi masih isoman karena tanggal 17 April kemarin baru positif,” kata dia.
Menurut dia, lima pasien Arcturus tercatat sudah menjalani vaksinasi hingga booster tahap pertama. Hal ini diduga membuat pasien hanya mengalami gejala ringan dan sedang saat terpapar sub varian dari Omicron tersebut. Resiko gejala berat hingga kematian berpotensi terjadi pada orang yang belum menjalani vaksinasi.
“Kalau mencegah penularan pasti tidak. Cegah penularan itu dengan disiplin bermasker. Vaksin untuk mencegah perawatan rumah sakit, gejala berat dan kematian,” kata dia.
(tar/frg)