China juga akan memberikan Bantuan Langsung Tunai kepada masyarakat miskin dalam langkah membantu langsung penduduk yang membutuhkan. Pengumuman ini muncul hanya sehari setelah Pemerintah mengungkapkan program besar-besaran, termasuk pemotongan suku bunga, penyesuaian harga KPR, dan dukungan terhadap pasar saham.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, dukungan likuiditas China setidaknya 500 miliar yuan (mencapai Rp1.078 triliun) untuk pasar saham. Sebuah fasilitas swap akan dibuka untuk memungkinkan perusahaan sekuritas, dana, dan asuransi mendapatkan akses ke PBOC untuk membeli saham.
Bank Sentral China juga menyebutkan bahwa otoritas sedang mengkaji pembentukan dana stabilisasi saham.
Tim Research Phillip Sekuritas memaparkan, China mengumumkan lagi pemangkasan suku bunga, sehari setelah meluncurkan sejumlah paket stimulus Ekonomi untuk menopang pertumbuhan.
Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) menggunting suku bunga acuan fasilitas pinjaman jangka menengah (Medium-term Lending Facility/MLF) bertenor 1 tahun sebesar 30 Bps, menjadi 2,0% dari sebelumnya 2,3%.
“Langkah ini diambil menyusul keputusan yang diumumkan kemarin untuk menurunkan sejumlah suku bunga acuan lainnya, pengurangan Giro Wajib Minimum (GWM) perbankan, pemberian insentif yang lebih besar untuk membeli rumah, dan rencana pendirian dana stabilisasi di pasar saham,” mengutip riset harian Tim Research Phillip Sekuritas.
Kebijakan tersebut juga menunjukkan bahwa Pemerintah China mendengarkan seruan untuk menopang Ekonomi negara itu, yang sedang berjuang untuk pulih dari pandemi Covid-19, bahkan setelah pencabutan pembatasan sosial di tahun 2022.
Efek Stimulus China Terhadap IHSG
Di samping itu, kegelisahan investor terlihat meningkat terhadap keberlanjutan reli China yang dipicu oleh paket stimulusnya, yang menyebabkan aliran dana investor asing justru akan beralih ke Negeri Panda tersebut.
“Stimulus pasar saham China malah membuat asing lari ke sana,” terang Fixed Income dan Macro Strategist Mega capital Sekuritas Lionel Priyadi kepada Bloomberg Technoz.
Mirae Asset Sekuritas Indonesia dalam riset terbaru juga memaparkan hal serupa, “Sehubungan dengan pelonggaran moneter yang dilakukan Bank Sentral China, yang mengupayakan perbaikan pertumbuhan Ekonomi China,” mengutip riset tersebut.
ADB Sebut Ekonomi Asia Bakal Tumbuh 5%
Mencermati sentimen lanjutan, Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memprediksi Ekonomi Asia akan berekspansi dengan laju yang sedikit lebih cepat dan inflasi akan mereda lebih dari yang diperkirakan pada tahun ini, sejalan dengan melambatnya pertumbuhan Ekonomi China.
Menurut ADB, pertumbuhan Ekonomi di antara negara-negara berkembang di Asia kemungkinan besar akan meningkat 5% di tahun ini, dari perkiraan sebelumnya 4,9% di April.
Adapun, inflasi terlihat bakal melambat ke angka 2,8% sebagian besar karena lemahnya harga dan permintaan di China.
Sementara itu, wilayah yang tidak termasuk China terlihat meningkat dengan laju yang sedikit lebih cepat, yaitu 5,1%.
Situasi Timur Tengah Memanas
Kemudian, ketidakpastian pasar juga datang dari serangan Israel yang melakukan terjangan udara yang amat masif usai menghantam 1.300 target Hizbullah di Lebanon.
Para pejabat Kementerian Kesehatan setempat mengatakan sedikitnya 558 orang tewas pada Senin dan Selasa termasuk 50 anak-anak, saat eskalasi antara kedua belah pihak memicu kecemasan skala internasional akan meletusnya perang besar-besaran.
Serangan-serangan tersebut melukai lebih dari 1.800 orang, termasuk wanita dan anak-anak, menurut Kementerian Kesehatan. Petugas medis Israel mengatakan delapan orang terluka di Israel utara akibat serangan Hizbullah.
Pertikaian ini kemungkinan besar akan memperparah gejolak Ekonomi dan politik yang telah terjadi di Lebanon selama kurang lebih lima tahun.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG terkoreksi 0,48% ke 7.740 disertai munculnya volume penjualan, koreksi dari IHSG pun sempat menembus support terdekat di 7.654.
“Apabila IHSG belum berhasil break dari 7.810 dan 7.910 sebagai area resistance terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini sedang berada pada bagian dari wave [ii] dari wave 3 atau bagian dari wave 4 dari wave (3) ada label merah,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (26/9/2024).
Herditya juga memberikan catatan, berarti, terdapat peluang IHSG melanjutkan koreksinya untuk menguji 7.454-7.562 di perdagangan hari ini.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya memberikan rekomendasi saham hari ini, ADRO, ASII, BBRI, dan MEDC.
Analis Phintraco Sekuritas memaparkan, ekspektasi pemulihan ekonomi China mungkin memicu adanya peningkatan appetite pasar terhadap pasar modal China. Ekspektasi tersebut meningkat bersamaan dengan rencana stimulus moneter oleh Bank Sentral.
“Ekonom memperkirakan ekonomi China juga memerlukan stimulus lain disamping stimulus fiskal tersebut,” tulisnya.
Bersamaan dengan pelemahan IHSG di Rabu (25/9) dengan sejumlah sentimen, waspadai indikator MA-20 di kisaran 7.730. Pelemahan ke bawah MA-20 memperkuat sinyal minor reversal.
Melihat hal tersebut, Phintraco memberikan rangkuman rekomendasi saham hari ini meliputi BBRI, BMRI, BBNI, TLKM, BRPT, dan SMDR.
(fad/aji)