Logo Bloomberg Technoz

Padahal, kata Bahlil, Indonesia memiliki potensi sumber EBT yang besar, di mana 40% total cadangan EBT di Asia Tenggara berada di Indonesia. Selain itu, 40% cadangan panas bumi atau geothermal dunia berada di Indonesia. 

Untuk mengatasi hal ini, Kementerian ESDM meminta PT PLN (Persero) untuk mengidentifikasi sumber EBT. Lalu, pemerintah bakal melakukan intervensi untuk membangun jaringan. 

“Investasinya tidak sedikit, ratusan triliun rupiah untuk menghubungkan sumber-sumber daripada EBT kita,” ujarnya. 

Kementerian ESDM melaporkan realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 93 gigawatt (GW) per Semester 1-2024 atau periode hingga Juni 2024.

Subkoordinator Penyiapan Perencanaan dan Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional Kementerian ESDM Hasan Maksum menjelaskan 85% atau 79,75 GW dari kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia tersebut merupakan energi berbasis fosil. 

Perincianya, 53% atau 49,88 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), 27% atau 25,24 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan 5% atau 4,64 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). 

“Jenis pembangkit dari 93 GW sampai saat ini ada sebesar 79,7 GW atau 85% merupakan pembangkit fosil,” ujar Hasan dalam agenda Forum Tematis Bakohumas di Bandung, dikutip Sabtu (14/9/2024). 

Sementara, realisasi pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) adalah 15% atau 13,71 GW. 

Pembangkit listrik berbasis EBT tersebut a.l. 7% atau 6,69 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), 3% atau 2,6 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 4% atau 3,41 GW berasal dari PLT Bio dan 1% atau 0,61 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). 

(dov/del)

No more pages