“Jadi kalau dihitung secara ekonomi, itu no issue,” ujarnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM berencana mengalihkan penggunaan energi batu bara menjadi gas pada smelter di Sulawesi. Kebijakan ini dilakukan sebagai upaya dekarbonisasi hilirisasi mineral.
Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, listrik yang diproduksi dari gas mengeluarkan emisi yang lebih sedikit dibandingkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara.
“Saat ini ada beberapa temuan lapangan gas di wilayah Selat Makassar yang potensial untuk gasnya nanti dimanfaatkan untuk pembangkit listrik,” ujar Dadan kepada Bloomberg Technoz, dikutip Kamis (8/8/2024).
Kementerian ESDM juga berupaya melakukan penyediaan energi bersih di Sulawesi, sebagai wilayah yang memiliki banyak smelter. Dia menilai, kebutuhan listrik untuk smelter saat ini mencapai 20 gigawatt (GW) dan dipenuhi melalui PLTU.
Sekadar catatan, kebutuhan listrik terbesar di Sulawesi adalah untuk kebutuhan listrik smelter hingga 2030 yang mencapai 11.139 megawatt (MW), dengan perincian 1.000 MW pada 2024, 2.763 MW pada 2027, dan 7.376 MW pada 2030.
(dov/wdh)