Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mendorong agar pabrik pemurnian atau smelter bijih nikel berbasis rotary kiln-electric furnace (RKEF), yang salah satunya menghasilkan nickel pig iron (NPI), untuk beralih menggunakan energi baru dan terbarukan (EBT) atau gas.

Selain NPI, smelter RKEF juga menghasilkan feronikel sebagai bahan baku komoditas besi dan baja nirkarat (stainless steel). Smelter nikel RKEF membutuhkan bijih nikel kadar tinggi (saprolite) sebagai bahan bakunya.  

Smelter yang berorientasi pada turunannya cuma sampai NPI dalam rangka proses untuk menuju kita mulai selektif, syaratnya sekarang salah satu dari antaranya adalah sudah harus memakai EBT, minimal gas,” ujar Bahlil dalam agenda Green Initiative Conference 2024, Rabu (25/9/2024).

Bahlil menggarisbawahi konsekuensi investasi terhadap pembangkit EBT atau gas adalah belanja modal atau capital expenditure (capex) yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan energi berbasis fosil seperti batu bara. 

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia usai serah terima jabatan di Kementerian ESDM, Senin (19/8/2024). (Bloomberg Technoz/Andrean Kristianto)

Namun, hal tersebut bisa dikompensasi dengan harga produk NPI yang nantinya bakal lebih tinggi dibandingkan dengan yang diproduksi menggunakan energi berbasis fosil seperti batu bara.

“Jadi kalau dihitung secara ekonomi, itu no issue,” ujarnya.

Sebelumnya, Kementerian ESDM berencana mengalihkan penggunaan energi batu bara menjadi gas pada smelter di Sulawesi. Kebijakan ini dilakukan sebagai upaya dekarbonisasi hilirisasi mineral.

Plt Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, listrik yang diproduksi dari gas mengeluarkan emisi yang lebih sedikit dibandingkan dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara.

“Saat ini ada beberapa temuan lapangan gas di wilayah Selat Makassar yang potensial untuk gasnya nanti dimanfaatkan untuk pembangkit listrik,” ujar Dadan kepada Bloomberg Technoz, dikutip Kamis (8/8/2024).

Kementerian ESDM juga berupaya melakukan penyediaan energi bersih di Sulawesi, sebagai wilayah yang memiliki banyak smelter. Dia menilai, kebutuhan listrik untuk smelter saat ini mencapai 20 gigawatt (GW) dan dipenuhi melalui PLTU.

Sekadar catatan, kebutuhan listrik terbesar di Sulawesi adalah untuk kebutuhan listrik smelter hingga 2030 yang mencapai 11.139 megawatt (MW), dengan perincian 1.000 MW pada 2024, 2.763 MW pada 2027, dan 7.376 MW pada 2030.

(dov/wdh)

No more pages